Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pagi-pagi seorang teman mengirim pesan di grup kelas, "Kabar baik teman-teman, dosen hari ini tidak masuk." Beragam komentar bermunculan ada yang setuju kalau dosen tidak masuk adalah kabar baik, adapula yang mengatakan itu kabar buruk, dan ada juga yang tidak mengeluarkan opini mereka. Layaknya sebuah pemilihan kepala daerah, ketika seorang pasangan calon memperoleh suara lebih dari 50% artinya dialah yang memenangkan pertarungan kekuasaan itu. lebih dari setengah dari jumlah teman saya mengatakan kalau dosen tidak masuk adalah kabar baik sehingga membuatnya menang dalam penentu baik dan buruknya yang sama beberapa kali terjadi saat sedang menunggu dosen masuk mengajar. Saat dosen tidak memberi kepastian apakah akan masuk atau tidak biasanya mahasiswa akan saling mendesak untuk menghubungi dosen. Akhirnya terjadilah aksi tunjuk menunjuk menghubungi dosen. ada yang beralasan tidak punya pulsa, takut sama dosenlah, atau bahkan menghindar. Di saat seperti itu muncul seorang mahasiswa yang menjadi pahlawan. Dosen langsung ia telepon tanpa pikir kalimat yang harus ia ucapkan agar terlihat sopan, para mahasiswa yang tadinya saling tunjuk menunjuk tiba-tiba diam. Saat sang pahlawan tadi selesai menelpon, ia pun langsung mengumumkan hasil percakapannya. ia mengumumkan kepastian dosen masuk atau tidak dengan gaya seperti presenter ajang pencarian bakat sehinggga membuat semua mahasiswa menahan nafas. "Hari ini dosen kita.... berhalangan untuk masuk". Sebagian besar penonton bersorak gembira seperti saat idola mereka memenangkan ajang pencarian bakat. Dosen tidak masuk adalah adalah good news atau kabar baik bagi sebagian kalangan mahasiswa terjadi karena faktor dari dosen dan dari mahasiswanya sendiri. Dosen yang biasanya dalam gaya mengajarnya kurang mampu membuat mahasiswa tertarik sehingga terkesan membosankan. Pemberian tugas yang sifatnya membosankan dan melelahkan seperti membuat RMK. Kurangnya apresiasi akan tugas yang telah dijalankan turut pula menjadi penyebab dosen tidak masuk adalah kabar kedua datang dari mahasiswa sendiri. Tidak sesuainya minat dengan bakat dengan jurusan yang mereka tempati kuliah turut menyumbang suara dalam penentuan dosen tidak masuk kabar baik atau buruk. Menurut Educational Psychologis dari Integrity Development Flexibility IDF Irene Guntur, CGA, sebanyak 87 persen mahasiswa di Indonesia salah jurusan. Ketidaksesuaian jurusan dengan minat serta bakat membuat mahasiswa menghindari perkuliahan dan hanya menargetkan cepat lulus. Adanya kelonggaran untuk pindah jurusan atau pindah kampus masih kurang dimaksimalkan. Selain karena salah jurusan, faktor kemalasan turut menyumbang suara pula. Tak bisa dipungkiri sistem pendidikan kita tak mampu membuat siswa-siswi menjadi rajin. Banyaknya godaan dari teknologi dan dunia hiburan menyebabkan siswa malas belajar dan lebih senang bergosip ataupun kumpul tidak jelas. Ruang kuliah yang seharusnya diminati cenderung dihindari. Jadi, betulkah dosen tidak masuk mengajar adalah kabar baik? Siapapun yang kritis akan pendidikan pasti akan sangat kontra dengan kabar baik dosen yang tidak masuk mengajar. Mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan tujuan negara Indonesia tak akan bisa terwujud saat mayoritas dari kita mengatakan opini tersebut adalah kabar baik. Lingkaran kebodohan yang selalu mengungkung harus kita putus. Paradigma bahwa belajar adalah hal membosankan harus diubah. Saatnya membuat generasi yang tanggap terhadap tantangan global tanpa meninggalkan kearifan lokal. Lihat Lyfe Selengkapnya
Mengajargif, gambar animasi dosen mengajar, animasi . Gambar kartun guru muslimah sedang mengajar animasi lucu merupakan salahsatu alat mengundang kalian terta cute cartoon pictures hijab cartoon cute anime cat. 845 ilustrasi gratis dari guru. Menawarkan gratis gambar kartun guru minimalis hari mengajar buku .Pada saat pengerjaan tugas akhir, pada umumnya mahasiswa akan mendapatkan dosen pembimbing yang dapat dijadikan tempat untuk mengonsultasikan hasil kerja kita. Pastinya kita berharap mendapat dosen pembimbing yang baik dan bersedia membantu kapan pun dengan mudah. Namun, pada kenyataannya kita juga mungkin mendapat dosen pembimbing yang sibuk sehingga sulit untuk dihubungi atau diajak untuk bertemu. Hal ini tentu saja dapat menghambat kita untuk dapat menyelesaikan tugas akhir tepat waktu. Oleh karena itu, berikut adalah 12 cara menghadapi dosen pembimbing yang Ketahui jadwal mengajar dosen dan kegiatan lainnyaMenghubungi dosen pembimbing terutama yang sibuk sangat tidak fleksibel karena jadwal mengajar yang padat serta mungkin dosen juga memiliki kegiatan lain, seperti mengurus keluarga, menjadi pembicara, atau sedang dalam tugas karena itu, akan lebih efektif jika kita menghubungi dosen di saat dosen tidak sedang melakukan aktivitas lain, setidaknya bukan saat sedang mengajar. Biasanya mahasiswa bisa melihat jadwal dosen melalui situs Ketahui lokasi dosenSelain mengetahui waktu kosong dosen, kita juga sebaiknya mengetahui tempat dosen sedang berada. Dengan demikian, kita mungkin bisa langsung bertemu dan mengkonsultasikan tugas kita di saat yang cara ini efektif karena dosen mau untuk berhenti sejenak dan menanggapi kita terlebih dahulu. Namun, pastikan juga bahwa saat itu dosen bukan sedang ingin istirahat, makan, atau beribadah. Jadi, pandai-pandailah membaca situasi Buat janji dari jauh-jauh hariBeberapa dosen pada umumnya sudah memiliki jadwal-jadwal tertentu yang tidak bisa diganggu gugat. Pastikan bahwa kita sudah pernah menghubungi dosen paling tidak satu hari sebelum melakukan itu, kita juga bisa memberikan pengingat di beberapa hari atau beberapa jam sebelum pertemuan untuk mencegah dosen lupa dan akhirnya batal melakukan bimbingan. Di sisi lain, membuat janji juga dapat menjadikan kita lebih Persiapkan hal-hal yang ingin ditanyakanUmumnya, ketika kita melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing, kita tidak hanya bisa mendapatkan revisi atau perbaikan, tetapi kita juga bisa menyiapkan terlebih dahulu pertanyaan terkait revisi yang ada juga bisa mempertanyakan hal-hal yang harus kita lakukan setelah ini. Bahkan kalau perlu, siapkan pertanyaan lanjutan agar tidak perlu menunggu waktu bertemu lagi dengan dosen pembimbing untuk Meminimalisir kekeliruanSemakin banyak kekeliruan karena ceroboh atau kurang teliti selama mengerjakan tugas dapat meningkatkan juga kebutuhan kita untuk bertemu dengan dosen pembimbing. Oleh sebab itu, cegah adanya kesalahan dengan cara mengerjakan secara fokus, teliti, dan sisi lain, cegah juga melakukan kesalahan berulang. Apabila dosen sudah memperingatkan atau memberi petunjuk terkait kesalahan di waktu sebelumnya, periksa lagi tugas kita untuk memudahkan dosen agar tidak berulang-ulang memberikan Hubungi melalui pesanSaat ini teknologi sudah berkembang sehingga kita tidak harus bertemu dosen secara langsung untuk melakukan bimbingan. Akan tetapi, kendala dari konsultasi secara tidak langsung ini adalah kita tidak tahu apakah dosen dapat menggunakan teknologi serta mungkin sulit untuk mendapatkan atensi penuh dari dosen saat itu karena ada banyak yang terpenting ketika menghubungi lewat pesan adalah pastikan jam menghubungi sudah di jam kerja serta struktur pesan terdiri atas salam, meminta maaf karena mengganggu waktunya, perkenalan dengan lengkap, penjelasan maksud dari menghubungi, kemudian mengakhiri dengan salam dan ucapan terima Bertemu langsung di rumahCara ini biasanya cukup efektif untuk menghubungi dosen pembimbing sebab sering kali dosen terlalu sibuk di kampus. Akan tetapi, karena rumah adalah tempat untuk beristirahat dan bertemu dengan keluarga, pastikan terlebih dahulu bahwa dosen memang berkenan untuk melakukan bimbingan di Berikan hal-hal yang disukai dosenSebagai bentuk perhatian dan kepedulian kita, kita juga dapat membawakan hal-hal yang disukai dosen untuk membuat suasana hati dosen menjadi baik dan mau memberikan bimbingan dengan kita di tengah kesibukannya. Namun, hal tersebut tidak hanya yang bersifat materll, kita juga bisa memberikan ucapan selamat, menyapa ketika bertemu, atau memberikan Bicara dengan baik dan benarApa pun media komunikasi yang digunakan, baik secara langsung maupun tidak langsung, penggunaan bahasa yang baik dan benar tetap harus digunakan. Jika menggunakan pesan teks, pastikan bahwa sudah sesuai dengan KBBI dan EBI, terstruktur, kalimat yang digunakan langsung pada intinya, tidak menggunakan kata-kata yang disingkat, serta bisa ditambahkan emoji agar pesannya tidak terlalu jika bertemu secara langsung, jangan gugup dan katakan kebutuhan secara jelas dan gunakan intonasi, tempo, serta nada yang sopan selayaknya berkomunikasi dengan dosen agar ucapan yang disampaikan tidak salah diartikan oleh Selalu jaga etika dan sopan santunSelain bahasa, pastikan juga tingkah laku kita sudah sesuai etika dan dilakukan dengan sopan santun. Hal ini sangatlah penting terutama ketika bertemu langsung dengan dosen sebab beliau dapat langsung melihat dan menilai perilaku hal ini tidak berpengaruh langsung terhadap hasil dari tugas kita, tetapi ketika dosen memiliki impresi yang baik terhadap kita, biasanya beliau juga lebih respect dan lebih mau menerima ketika kita ingin Jangan terlalu seriusTidak ada salahnya untuk sesekali bercanda atau setidaknya tidak terlalu serius ketika berkomunikasi dengan dosen pembimbing. Hal ini dilakukan agar suasananya tidak terlalu datar atau lebih santai baik untuk kita maupun samping itu, dosen juga mungkin akan lebih nyaman ketika kita memiliki selera humor yang sama dengan ketika sehingga beliau akan lebih mengenal kita dan mau memprioritaskan proses bimbingan yang kita Jangan mudah menyerahMau tidak mau, menghadapi dosen pembimbing yang sangat sibuk pasti berat sehingga kita harus terus menerus bersabar untuk menunggu dan mengejar-ngejar dosen tersebut, ditambah dengan rasa cemas karena kondisi yang tidak pasti. Akan tetapi, usaha kita juga diharapkan dapat membuahkan hasil yang baik sehingga tidak perlu dimasukkan ke hati atau terlalu dicemaskan karena selama kita sudah berusaha, biasanya akan ada jalan yang membawa kita pada 12 cara menghadapi dosen pembimbing yang sibuk. Hal ini memang tidak bisa kita hindari, tetapi dapat kita hadapi dengan beberapa cara, di antaranya ketahui jadwal mengajar dosen dan kegiatan lainnya, ketahui lokasi dosen, serta buat janji dari jauh-jauh itu, persiapkan hal-hal yang ingin ditanyakan, meminimalisir kekeliruan, hubungi melalui pesan, bertemu langsung di rumah, berikan hal-hal yang disukai dosen, bicara dengan baik dan benar, selalu jaga etika dan sopan santun, jangan terlalu serius, terakhir jangan mudah pada diri sendiri bahwa perlahan-lahan kita pasti bisa menghadapinya dan menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik meski mendapat dosen pembimbing yang sibuk.REPUBLIKACO.ID, PADANG -- Hayati Syafri, dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, Sumatra Barat, berharap agar semester ganjil tahun ajaran baru 2018/2019 nanti ia bisa kembali mengajar. Saat ini Hayati masih menjalani 'sanksi akademik' berupa penonaktifan sebagai dosen. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID zpab09wrmOoVr3c-OY81qPVdJ34AxJ0l5JFBuTAF8eFna3YILuLtQA==
Telusuri2.000+ pilihan gambar kartun muslimah gratis untuk keperluan aktivitasmu. Gambar kartun guru yang sedang mengajar kata kata bijak gambar perempuan kartun guru dan murid gambar kartun muslimah guru top gambar gambar kartun Sekolah dosen guru, perempuan, anak, kelas, tangan png 2254x1769px 311.69kb; Pin on islamic cartoon muslimah.
Salah satu kemudahan di kota pelajar adalah menikmati iklim akademik dari lintas batas kelompok dan lembaga. Tak jarang, kota besar yang semakin modern membuka ruang-ruang pertemuan yang tidak diduga. Seperti halnya saya sendiri, seorang Muslim sekaligus pengajar di kampus Islam yang mendapat beberapa kali kesempatan untuk mengisi kelas di kampus Kristen sebagai dosen tamu. Sengaja saya sebut Kristen di sini dengan maksud Kekristenan Christianity, di mana Katolik dan Kristen Protestan ada di seorang yang pernah mengenyam pendidikan pesantren, mengajar di kelas kampus Kristen tidak pernah menjadi beban atau halangan. Setidaknya dari sisi rasa keterancaman bahwa nanti iman akan tercederai. Sebaliknya, saya merasa ini adalah tugas yang harus ditunaikan sebagai warga sipil maupun sebagai Muslim. Untuk membangun jembatan antar warga supaya tidak terjebak dalam tempurung tradisi pesantren – dari dulu – selalu mengajarkan sebuah mantra sakti khairunnas anfa’uhum linnas. Sebaik-baik manusia adalah manusia yang mampu memberi manfaat kepada manusia lain. Kata kunci utama di sini adalah kebermanfaatan bagi manusia dan kemanusiaan. Bukan anfa’uhum lil muslimin atau lil muslimat mengajar di kampus Kristen ini terjadi berkat sahabat-sahabat saya semasa kuliah Magister. Maklum, saya mengambil program studi Agama dan Lintas Budaya, yang memungkinkan saya untuk berjejaring dan mendapat pengalaman dari teman kuliah lintas agama. Beberapa di antaranya adalah pendeta dan pastor yang mengabdi pada lembaganya kalanya saya diundang mengisi kelas Sejarah atau Teologi terima kasih khususnya kepada Romo Heri Setyawan SJ, yang sering mengundang saya di kelas Universitas Sanata Dharma. Terkadang di kelas Kewarganegaraan. Seperti tidak berurutan, tapi semangatnya satu untuk berbagi paradigma yang unik bagi para mahasiswa di kampus Kristen tersebut dari sudut pandang seorang Muslim Indonesia. Beberapa kali dari kampus Kristen menginisiasi kunjungan balasan ke kampus Islam tempat saya mengabdi yang memang bernaung di bawah yayasan saya mengagumi inisiatif-inisiatif mereka yang begitu membuka diri untuk berdialog dengan Muslim, terutama lingkungan pesantren. Satu hal yang justru belum banyak saya temui dari pihak Muslim sendiri sebagai populasi mayoritas di negeri Saya Kafir dan Layak Dibunuh?Mengajar di kelas yang berisi mahasiswa mayoritas Kristen punya ceritanya sendiri. Tidak jarang ada pertanyaan-pertanyaan ajaib yang challenging, menantang saya sebagai pribadi Muslim, maupun sebagai seorang yang menjerumuskan diri di wilayah yang bisa diperkirakan akan muncul di kelas kampus Kristen adalah seputar terminologi Kafir. Pertanyaan ini akan sangat lain ketika diajukan oleh orang Kristen langsung. Karena kebanyakan disertai perasaan insecure, disampaikan dengan tidak nyaman. Pertanyaan ini tidak sekali-dua kali saya temui. Tapi berkali-kali.“Saya bukan seorang Muslim, apakah dengan demikian saya termasuk golongan Kafir yang boleh dibunuh?” Tanya seorang mahasiswa dengan polos. Tapi di balik itu terbayang nuansa keterancaman di sana. Seolah meminta jawaban, apakah keselamatan dan kehormatannya akan terjamin di negara mayoritas Muslim ini?Terminologi Kafir ini menjadi semacam horor tersendiri bagi kelompok minoritas di Indonesia. Dan bukan tanpa alasan jika mereka penasaran bahkan khawatir terstigmatisasi oleh istilah tersebut. Bisa kita rasakan bersama di masa belakangan, bahwa penggunaan term kafir ini digunakan secara serampangan untuk tujuan mendiskreditkan, dan diselingi nada ancaman bahkan pembunuhan, naudzubillah! atas konsekuensi stempel faktanya demikian. Maraknya dai dan kajian sebagian kelompok Muslim yang gemar mengkafirkan liyan menyebabkan istilah ini berubah menjadi stempel sah bagi objeknya untuk dikenai serangan kekerasan – baik simbolik, verbal, bahkan fisik.“Jangankan anda yang berbeda agama, saya sendiri yang sama-sama Muslim juga kadang dikafirkan kok!” Begitu seloroh saya tiap mendengar pertanyaan itu begitu adanya. Tidak jarang stempel ini menyasar kepada kelompok Muslim tradisionalis yang memang memiliki lebih banyak ekspresi kebudayaan disamping hanya berpaku pada aspek teologis dan hukum yang ketat ala kelompok Salafisme atau Wahhabisme. Sehingga saya berani melemparkan seloroh seperti lebih serius, sering saya tekankan kepada mahasiswa bahwa penggunaan kata kafir ini memang telah mengalami distorsi sehingga menjadi instrumen kekerasan di tengah masyarakat diakui, istilah kafir secara teologis memang tersedia di banyak literatur Islam klasik, dan menjadi penanda bagi mereka yang menutup diri dari kebenaran Islam. Akan tetapi, dalam ranah sosiologis-politis, istilah ini juga berkembang serta berpengaruh terhadap konsekuensi tindakan kepada kelompok tersebut. Di dalam sebuah negara Islam, terdapat istilah kafir dzimmy, kafir mu’ahad, kafir harby, dan lain sebagainya. Sebuah spektrum kategoris bagi kafir yang harus dilindungi dan dijamin keamanannya secara politis sampai yang memang layak diperangi secara bagaimana kategori ini beroperasi di ruang sosial bernama Indonesia, yang memang sejak awal berdirinya tidak didasarkan sebaagai negara Islam? Oleh karena itu terminologi Kafir di sini perlu ditempatkan dalam konteks Indonesia punya Nahdlatul Ulama yang telah mangambil langkah berani dengan merumuskan fatwa bahtsul masail yang menegaskan tidak ada kafir di dalam negara demokrasi seperti Indonesia. Yang ada hanyalah warga negara yang berdiri sederajat. Dengan demikian mereka pun harus dijamin keamanannya. Setidaknya itu sangat melegakan bagi mereka yang beragama Surga-NerakaSelain persoalan kafir, ada sebuah pertanyaan yang sangat berkesan bagi saya, selama berkesempatan mendampingi kelas dari kampus Kristen. Pertanyaan yang sangat personal, dan sangat membekas.“Sebelum bertanya, perkenankan saya bercerita dulu tentang latar belakang keluarga saya.” Satu mahasiswa memulai dengan sangat ini bercerita, dia berasal dari keluarga yang beragam. Seingat saya, ibu mahasiswa ini masuk Kristen sejak menikah. Sementara kakek-nenek dari jalur ibu masih berkomitmen mengimani agama Islam. Dengan terbata-bata, dia bercerita bagaimana beberapa tahun lalu sang nenek jatuh sakit. Secara bergantian anggota keluarga yang beragam bertugas untuk menunggui sang umur manusia adalah selubung yang tak diketahui, dan begitu pula hanya Allah yang tahu si nenek ada di penghujung usianya, tepat di saat si mahasiswa dan ibunya sedang giliran berjaga.“Saat itu hanya saya dan ibu yang berjaga. Tidak ada keluarga lain. Tiba-tiba, nenek sudah menjelang ajalnya. Saya dan ibu kebingungan. Kami tidak tahu harus bagaimana dan berbuat apa di saat-saat terakhir hidup nenek. Kami hanya ingin melepas kepergian nenek dengan layak.”Mahasiswa ini berhenti sejenak. Tenggorokannya tercekat. Dia menengadah ke langit-langit. Entah berusaha untuk mengingat – atau mungkin ingin melupakan sama sekali pengalaman itu. Tampak matanya yang berkaca menahan melanjutkan, “Saya tahu, orang Islam membacakan Yasin untuk orang meninggal. Tapi kami bisa apa? Saya dan ibu tidak bisa membaca al-Quran sama sekali. Terpaksa saya berdoa sebisanya dengan cara Kristen. Di situ saya berharap sekali mendoakan nenek supaya bisa pergi dengan tenang, dan masuk surga.”“Tapi sampai sekarang saya takut, bagaimana kalau doa saya malah mengotori kepergian nenek? Saya cuma khawatir, nenek masuk neraka karena doa saya yang orang Kristen. Kalau seperti itu, apakah nenek saya tetap bisa masuk surga?”Pertanyaan yang singkat dan menyentuh dasar hati kemanusiaan saya, sekaligus menantang saya baik secara intelektual, spiritual, sebagai Muslim. Saya harus menjawab sebuah pertanyaan dengan bertanggungjawab, sekaligus dengan etika untuk menjaga kehormatan mahasiswa coba berpikir keras tapi dengan perasaan tidak mampu, enggan, dan takut jika jawaban yang saya lontarkan kemudian menyakiti hati si mahasiswi penanya. Jika saya adalah seorang Muslim tekstualis, bisa saja menjawab bahwa itu bukanlah momen kematian yang ideal sebagai seorang muslim. Tapi buat apa?!Potret demikian ini mengingatkan saya atas pesan Habib Ali al-Jufri, dalam buku karya beliau berjudul “Kemanusiaan sebelum keagamaan”. Sekalipun dia seorang Kristen, sebagai Muslim saya tetap wajib untuk menjaga dan memelihara kehormatannya, apalagi di dalam sebuah forum di mana ilmu pengetahuan dan etika dijunjung formal agama Islam memang punya ajaran surga dan neraka sebagai balasan atas apa yang diperbuat seorang Muslim di dunia. Pesannya jelas dan lugas. Namun di momen tersebut, wawasan tasawuf dan mistik Islam yang memberi jalan sih tujuan kita beribadah dan beramal baik selama di dunia? Betul, kita memiliki orientasi masuk surga dan terhindar dari siksa neraka. Namun rupanya tidak hanya itu. Ada tujuan yang lebih dari sekadar mencicipi indahnya surga. Terutama bagi kaum sufi/mistik, yang tujuan utamanya adalah untuk meraih kerelaan Tuhan ridha Allah atas kehidupan kita. Dari sini, surga dan neraka menjadi sangat rapalan doa Rabi’ah al-Adawiyah yang justru enggan masuk surga atau neraka, karena tujuan utamanya adalah untuk menyingkap keindahan Sang Pencipta “Ya Allah! Apabila diriku menyembah-Mu hanya karena takut akan pedihnya siksaan api neraka yang tiada habisnya, bakarlah habis seluruh tubuh ini di dalamnya. Dan apabila diriku menyembah-Mu karena mengharap nikmatnya kehidupan surga, maka campakkanlah diriku saat berada di dalamnya. Namun, jika diriku beribadah semata-mata demi Engkau ya Allah, maka janganlah Engkau sesekali enggan untuk memperlihatkan keindahan-Mu yang abadi kepada diriku!”Soal masuk surga atau neraka jelas merupakan hak prerogatif Allah semata. Lebih dari itu, saya hanya mengajaknya untuk berbaik sangka kepada Allah seraya mendoakan si nenek mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Bukankah terdapat sebuah hadis Qudsi bahwa Allah itu sesuai dengan apa yang diprasangkakan oleh hambanya? Sebagaimana saya wajib berprasangka baik kepada si mahasiswa, sekalipun dia berbeda agama dengan si nenek tapi di lubuk hatinya yang terdalam ia pasti menginginkan si nenek untuk mendapat tempat terbaik di sisi potret pengalaman sebagai Muslim mengajar di kampus Kristen tadi, saya mengambil pelajaran. Bahwa agama Islam memiliki dimensi yang sangat luas. Tidak hanya berorientasi kepada yurisprudensi hukum dan penghakiman yang bersifat hitam dan putih. Apalagi ketika dihadirkan di tengah kelompok lain, wajah Islam seperti apa yang akan saya tampakkan? Pada akhirnya, kesempatan ini juga jadi sarana bagi saya untuk terus belajar menjadi Muslim – dan menyelami agama yang saya anut – secara lebih baik lagi. Wallahu a’lam bisshawab.*Artikel ini kerjasama antara dan PUSAD Paramadina didukung GUYUB – UNDP PBB
Gambarkartun guru perempuan sedang mengajar, gambar guru muslimah. Gambar animasi bergerak di bawah ini menunjukkan seorang guru yang . 300 gambar bergerak guru mengajar gratis. Gambar animasi guru sedang mengajar. Pgri sedang mengajar || background animasi bergerak ruang kelas. 69+ koleksi gambar guru mengajar kartun bergerak | meme lucu.Masjid didirikan sebagai pusat dakwah dan pendidikan Islam sejak masa Nabi Muhammad SAW. Dalam perkembangannya, tidak hanya orang dewasa yang belajar di masjid, tetapi juga anak-anak. Pengajarnya pun tidak hanya terdiri atas laki-laki, tetapi juga perempuan seiring tren penempatan Taman Pendidikan Al-Qur’an TPQ di dalam masjid dengan berbagai alasan. Fenomena ini menyisakan masalah fiqhiyyah bagi muslimah di Indonesia yang mayoritas bermazhab Syafi'i, yang mengharamkan perempuan haid masuk dan berdiam di dalam masjid. Lalu bagaimana dengan ustadzah TPQ yang sedang haid yang harus mengajar di dalam masjid? Haruskah ia cuti selama haid atau adakah solusi fiqihnya? Mayoritas ulama mazhab empat mengharamkan orang yang sedang junub dan perempuan yang sedang haid untuk masuk ke dalam masjid berdasarkan Surat An-Nisa' ayat 43 dan hadits berikut يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا، وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ، إِنَّ اللهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jangan kalian melakukan shalat dalam keadaan mabuk sehingga kalian mengerti apa yang kalian ucapkan; jangan pula kalian menghampiri masjid dalam keadaan junub, terkecuali sekadar berlalu saja sehingga kalian mandi. Jika kalian sakit atau sedang dalam perjalanan atau datang dari tempat buang air atau telah menyentuh perempuan, kemudian kalian tidak mendapat air, tayamum dengan debu yang baik suci. Sapulah muka dan tangan kalian. Sungguh Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” An-Nisa’ ayat 43. Adapun berikut ini adalah hadits yang dikutip oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Kitab Bulughul Maram min Adillatil Ahkam. وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِنِّي لَا أُحِلُّ الْمَسْجِدَ لِحَائِضٍ وَلَا جُنُب. رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ Artinya, “Dari Sayidah Aisyah RA, sungguh Nabi Muhammad SAW bersabda, Aku tidak menghalalkan masjid bagi perempuan haid dan orang yang junub,” HR Abu Dawud. Ibnu Khuzaimah menshahihkannya. Lalu bagaimana dengan guru TPQ yang sedang haid namun punya jadwal mengajar di masjid? Berkaitan permasalahan ini pakar fiqih bermazhab Maliki kota Sfax atau Shafaqis Tunisia, Abul Hasan Al-Lakhmi wafat 478 H berpendapat, perempuan haid boleh masuk ke dalam masjid asalkan benar-benar menjaga darahnya, tidak menetes, atau mengotori masjid. Menjelaskan hal ini, Abu Abdillah Al-Abdari wafat 897 H mencatat وَأَجَازَ ابْنُ مَسْلَمَةَ دُخُولَهُ مُطْلَقًا فَأَلْزَمَهُ اللَّخَمِيُّ الْحَائِضَ مُسْتَثْفِرَةً Artinya, “Ibnu Maslamah membolehkan orang junub masuk ke dalam masjid secara mutlak. Kemudian Al-Lakhmi menetapkan hukum tersebut bagi orang haid dengan kondisi mustatsfirah benar-benar menjaga darahnya tidak menetes atau mengotori masjid,” Al-Abdari, At-Taju wal Iklil li Mukhtasharil Khalil, [Beirut, Darul Fikr 1398 H], juz I, halaman 317. Pengertian kata “mustatsfirah” merujuk pada wanita yang memakai izar kain bawah semacam jarit kemudian menarik ujungnya ke belakang melewati tengah-tengah kedua kakinya selangkangannya dan menjahit atau mengikatnya di bagian tengah belakang kainnya. Abul Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya, Mu’jam Maqayisil Lughah, [Beirut, Darul Fikr 1399 H/1979 M], juz I, halaman 381. Dari sini penjelasan Imam Al-Lakhmi ini, dapat dipahami bahwa, yang terpenting bagi wanita haid adalah menjaga agar darahnya tidak menetes, merembes, atau mengotori masjid. Bila demikian, semisal wanita haid memakai pembalut yang benar-benar mampu menahan rembesan darah haid dibolehkan masuk masjid. Validitas pendapat Al-Lakhmi ini dapat dikonfirmasi dalam kitab fiqih mazhab Maliki lainnya, semisal Kitab Mawahibul Jalil karya Al-Hatthab Ar-Ru’yani 902-954 H/1497-1547 H yang menjelaskannya sebagai berikut وَقَالَ اللَّخْمِيُّ اخْتُلِفَ فِي دُخُولِ الْحَائِضِ وَالْجُنُبِ الْمَسْجِدَ. فَمَنَعَهُ مَالِكٌ وَأَجَازَهُ زَيْدُ بْنُ أَسْلَمْ إِذَا كَانَ عَابِرِ سَبِيلٍ. وَأَجَازَهُ مُحَمَّدُ بْنُ مَسْلَمَةَ جُمْلَةً. وَقَالَ لَا يَنْبَغِي لِلْحَائِضِ أَنْ تَدْخُلَ الْمَسْجِدَ لِأَنَّهَا لَا تَأْمَنُ أَنْ يَخْرُجَ مِنَ الْحَيْضَةِ مَا يُنَزَّهُ عَنْهُ الْمَسْجِدُ، وَيَدْخُلُهُ الْجُنُبُ لِأَنَّهُ يَأْمَنُ ذَلِكَ. قَالَ وَهُمَا فِي أَنْفُسِهِمَا طَاهِرَانِ سَوَاءً. وَعَلَى هَذَا يَجُوزُ كَوْنُهُمَا فِيهِ إِذَا اسْتَثْفَرَتْ. انتهى Artinya, “Al-Lakhmi berkata, berkaitan dengan masuknya wanita haid dan orang junub ke dalam masjid, hukumnya diperselisihkan. Imam Malik mencegahnya. Sedangkan Imam Zaid bin Aslam membolehkannya ketika hanya lewat. Muhammad bin Maslamah membolehkannya secara umum. Ia berkata, Wanita haid hendaknya tidak masuk ke dalam masjid karena tidak ada jaminan haidnya—yang semestinya masjid terbersihkan darinya—keluar darinya. Sedangkan orang junub boleh memasukinya karena terhindar dari kemungkinan seperti itu.’ Al-Lakhmi berkata, Wanita haid dan orang junub itu sama-sama suci. Berdasarkan hal ini, mereka berdua sama-sama boleh berada di dalam masjid, yaitu ketika wanita haid tersebut benar-benar menjaga darahnya tidak menetes atau mengotori masjid semisal dengan pembalut yang berkualitas. At-Tharablusi/Al-Hathab, Mawahibul Jalil li Syarh Muhtashar Khalil, [tanpa keterangan kota, Darul Alam Al-Kutub 2003 M/1423 H], juz I, halaman 551-552. Walhasil, pendapat Al-Lakhmi tersebut dapat menjadi solusi bagi para ustadzah TPQ atau lainnya yang sedang haid namun punya jadwal mengajar di dalam masjid. Dengan mengikuti pendapat tersebut, ia boleh untuk tetap mengajar Al-Qur’an meskipun lokasi kelasnya berada di dalam masjid, asalkan benar-benar menjaga darah haidnya tidak mengotori masjid. Pun demikian, bila pengajarnya banyak dan masih memungkinkan bagi ustazdah yang sedang haid untuk cuti atau absen terlebih dahulu hingga selesai haidnya, maka lebih baik baginya untuk tidak mengajar terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari perbedaan pendapat ulama sesuai kaidah fiqih, “Al-Khuruj minal khilaf mustahabb.” Wallahu a’lam. Ustadzah Dalliya HQ, Pengasuh Pesantren Fasihuddin Pasirputih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok.
BergerakGambar Guru Kartun Sedang Mengajar - Greenscreen Animasi Guru Mengajar Muslimah Animasiguru Downloadanimasi Otosection By kamariapuput15 June 11, 2022 Post a Comment 21 04 2022 animasi kartun muslimah bergerak from 630 gambar.Oleh Banatul Murtafi’ah, — Jika membuka mesin pencari di gawai Anda lalu memasukkan kata kunci adab mahasiswa terhadap dosen, maka Anda akan menemukan berbagai macam judul artikel yang serupa seperti 5 Sikap yang Perlu Dipahami Mahasiswa Saat Bertemu Dosen, Etika Berkomunikasi Dengan Dosen hingga Etika Berinteraksi Di Dalam Kelas, Mengontak, dan Berjejaring dengan Dosen. Uniknya, jika memasukkan kata kunci tadi secara terbalik, judul artikel yang muncul tidak ada bedanya. Hal ini cukup menjelaskan bahwa adab dosen terhadap mahasiswa merupakan unpopular opinion alias opini yang hampir tidak pernah dibahas oleh publik. Kemudian, jika istilah mahasiswa-dosen di sini diganti murid-guru, maka temuan di mesin pencari justru nampak lebih berimbang karena seperti hasil pencarian adab murid terhadap guru, hasil pencarian dari kata kunci adab guru terhadap murid pun dijelaskan dengan detail oleh artikel yang muncul di sana. Padahal sejatinya menjadi dosen adalah juga menjadi guru, namun nampaknya ada ketimpangan dalam hal bagaimana seharusnya dosen bersikap kepada mahasiswa. Jika adab guru terhadap murid menurut Islam saja ada. Hierarki dan kesan yang beredar di antara warga kampus bahwa “dosen selalu benar dan wajib dihormati” kiranya perlu dikaji ulang. Dalam Islam, Yang Maha Benar hanyalah Allah swt., lalu, karena semua makhluk di hadapan Allah swt adalah sama, yang membedakan hanya ketakwaannya QS. Al-Hujurat ayat 13, maka, alih-alih mengatakan bahwa “dosen wajib dihormati” kita ganti menjadi “dosen dan mahasiswa wajib saling menghormati”. Mudahnya, jika kita sebagai dosen ingin dihormati mahasiswa, maka mari kita hormati dulu mereka sebagai manusia, makhluk ciptaan Allah SWT. Saya merangkum beberapa adab guru terhadap murid menurut Islam yang telah disarikan dari tiga sumber Imam al-Ghazali dalam risalah al-Adab fid Din dan Ihya Ulumuddin serta Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam kitab Adab al-Alim wa al-Muta’allim. Kemudian saya akan menyesuaikannya dengan konteks hubungan dosen dan mahasiswa serta menghubungkannya dengan teori pengelolaan kelas dan teori pembelajaran. Sabar terhadap Murid Seorang guru dalam konteks ini dan selanjutnya akan disebut dosen hendaknya bersabar dan senantiasa bersikap tenang serta menahan marah atas kelakuan murid yang selanjutnya akan disebut mahasiswa. Misalnya adalah ketika mahasiswa tidak mematuhi aturan yang ditelah disepakati seperti melakukan inappropriate behaviour di kelas yakni ngobrol sendiri selagi dosen menjelaskan. Rasulullah saw sendiri pernah dimintai nasihat oleh sahabat dan menasihati sahabat tersebut dengan bersabda “La taghdab jangan marah”. Bahkan dalam teori pengelolaan modern, terdapat istilah pregnant pause dimana guru berhenti dan diam sesaat ketika sedang menjelaskan materi ketika ada murid melakukan inappropriate behaviour di kelas, alih-alih langsung marah Marzano, 2005. Menggunakan Bahasa yang Mudah Dipahami Saat Mengajar Salah satu bentuk menghargai mahasiswa adalah dengan menggunakan bahasa yang mudah untuk dipahami oleh mereka. Hal yang bisa dilakukan adalah misalnya mengajukan pertanyaan yang bisa dipahami terutama oleh mereka yang lama dalam memahami. Selain menanyakan pertanyaan, dosen dianjurkan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan mahasiswa dengan ringkas atau bahasa yang sederhana dan diksi yang lebih ringkas. Mendekatkan Murid pada Hal-hal Terpuji Pada dasarnya tugas dosen, seperti halnya guru, tidak terbatas hanya pada mengajar namun juga mendidik. Poin mendidik adalah pada memberikan nasihat kepada mahasiswa dengan tulus ikhlas serta mencegah mereka dari akhlak tercela. Misalnya turut menyisipkan nasihat untuk selau menghormati orang tua, menyayangi sesama, toleransi dengan orang yang berbeda agama, menjaga lingkungan, dsb. Sebagai dosen, yang juga sesama muslim dan mahkluk Allah SWT, sudah seharusnya kita mengajak mahasiswa untuk berbuat baik dan menghindarkan mereka dari perbuatan buruk, sesuai dengan firman Allah كُنْتُم خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” QS. Ali Imron 110 Semangat dalam Mengajar Bentuk lain dari dosen menghargai hak mahasiswa adalah ditunjukkan dengan sikap semangat dalam mengajar dan menyampaikan pemahaman kepada mahasiswa dengan segenap kemampuannya. Bentuk sikap semangat salah satunya adalah dengan menyiapkan materi misal berupa format presentasi, video, atau alat peraga untuk mengajar lainnya dengan sebaik-baiknya sebelum mulai mengajar. Tidak Boleh Pilih Kasih Adab lain yang perlu diperhatikan oleh dosen adalah dengan memperlakukan mahasiswa secara adil, tidak membedakan dan tidak pilih kasih. Dosen tidak seharusnya menampakkan sikap mengistimewakan dan perhatian kepada mahasiswa tertentu. Dalam memberikan kesempatan untuk bertanya, dan berkonsultasi untuk suatu project akhir semester misalnya, setiap mahasiswa memiliki hak yang sama. Bersikap Ramah kepada Murid Dianjurkan untuk seorang dosen juga bersikap ramah terhadap mahasiswa yang diajar serta menyebut mereka dengan sebutan dan nama yang mereka sukai. KH. Hasyim Asy’ari di sini bahkan mengharuskan guru atau dalam hal ini dosen untuk mengetahui nama muridnya. Berabad kemudian, di teori pengelolaan kelas, Marzano 2005 juga menganjurkan guru pada minggu pertama masuk untuk hafal nama murid sebagai salah satu cara untuk membangun hubungan antara guru dan murid. Yang luput dari teori modern ini dan hanya ada di Islam adalah tidak adanya saran untuk medoakan murid. Sementara dalam Islam, KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Maimoen Zubair pernah dhawuh untuk guru agar mendoakan murid-muridnya. Sehingga, berbicara dengan kata-kata baik, serta mendoakan mahasiswa adalah termasuk cara dosen menghormati mereka. Mengajarkan Interaksi Sosial Kehidupan masyarakat di kampus sejatinya adalah miniatur kehidupan bermasyarakat secara luas. Mahasiswa belajar mengenal berbagai macam karakter teman dan orang dewasa di sana. Adalah salah satu anjuran untuk dosen mengajarkan interaksi sosial kepada mahasiswanya. Contoh nyata misalnya adalah mengajarkan mahasiswa untuk berinteraksi dengan sesama teman, membantu teman saat kesulitan, serta menasihati teman lain dalam kebaikan. Sebagaimana firman Allah وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ ”Dan tolong-menolong lah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” QS. Al Maidah 2 Perhatian Kepada Murid yang Absen Terakhir, dianjurkan pula untuk dosen memberikan perhatian mahasiswa yang tidak masuk kuliah pada hari tersebut. Terlebih lagi jika sudah berkali-kali tidak masuk. Di sini guru dianjurkan untuk menanyakan kabar, kondisi dan keadaannya murid yang absen tersebut. Sekali lagi, dalam teori pengelolaan kelas modern, Marzano 2005 juga menyampaikan perlunya guru untuk taking attendance atau mengecek kehadiran murid dan menanyakan keadaannya jika dia tidak hadir. Demikian, rangkuman tadi, tanpa ada maksud menggurui, adalah sejatinya pengingat untuk saya pribadi. Jika belum bisa melakukan semua itu, paling tidak sudah berusaha menjadi lebih baik. Karena sejatinya menjadi dosen dengan tetap mengedepankan adab dan akhlakul karimah, serta mengajarkan ilmu yang bermanfaat, insyaallah, akan menjadi jalan menuju jannah-Nya. Wallahua’lam bis-shawab. Sumber Marzano, R. J., Gaddy, B. B., Foseid, M. C., Foseid, M. P., & Marzano, J. S. 2005. A handbook for classroom management that works. Virginia Association for Supervision and Curriculum Development.