BelajarIkhlas dari "Hafalan Shalat Delisa" Irfan Sjafari 1 Pagi hari dalam sebuah ruang sekolah di Lhok Nga, desa kecil di Pantai Aceh, pada 26 Desember 2004, Delisa (Chantiq Schagerl) berupaya khusyu menjalankan praktik shalat di depan Ustad Rahman dan Ustazah Nur yang mengujinya.Identitas Film Judul Film Hafalan Shalat Delisa Sutradara Sony Gaokasak Produser Chand Parwez Servia Penulis Naskah Armantono Pemain Film Reza Rahardian, Nirina Zubir, Chantiq Schagerl, Fathir Muchtar, Mike Lewis dan lain-lain. Produksi Film Kharisma Starvision Plus Durasi Film 1 jam 60 menit Sinopsis Film Disalah satu daerah di kota Aceh, tinggal seorang gadis kecil dan cantik bernama Delisa. Delisa tinggal bersama Umi ibu dan ketiga saudara perempuannya, yaitu Fatimah, Aisyah dan Zahra sikembar. Delisa sendiri merupakan anak bungsu dari pasangan suami istri Abi Usman dan Umi Salamah. Abi Usman yang bekerja sebagai anak buah kapal membuatnya harus hidup jauh dan terpisah dari kelurga kecilnya. Di kota Aceh, agama islam merupakan agama mayoritas. Oleh karena itu, orang tua Delisa menyekolahkan putri-putrinya di sekolah yang berbasis agama islam. Abi Usman dan Umi Salamah begitu baik dan selalu mendukung putri-putri nya dalam hal apapun selagi itu hal yang positif, terutama dalam hal mempelajari dan mendalami agama. Pada suatu hari di sekolah Delisa akan mengadakan ujian sekolah, salah satunya ujian ilmu agama, yaitu harus menghafalkan bacaan shalat. Umi Salamah pun berjanji kepada Delisa, jika dia bisa hafal bacaan shalat, maka Umi Salamah akan memberikan Delisa kalung emas yang berinisialkan D, sebagai arti dari kata Delisa. Mendengar Umi nya berkata demikian, Delisa pun langsung senang dan semangat untuk menghafal bacaan tetapi bukan hanya pada Delisa saja, Umi Salamah selalu memberikan hadiah kalung kepada semua putrinya, jika mereka bisa hafalan shalat. Pada suatu ketika ujian tes hafalan bacaan shalat pun tiba. Umi Salamah berangkat ke sekolah untuk mengantar sekaligus manyaksikan putrinya dites hafalan bacaan shalat. Ketika dalam proses pengetesan praktik dan hafalan bacaan shalat, Delisa membacanya terlihat khusu sembari menutup matanya. Pada saat dipertengahan Delisa membaca do’a iftitah, tiba-tiba ada gempa bumi yang terasa oleh orang-orang di sekitas Delisa, termasuk oleh Umi Salamah. Akan tetapi, karena Delisa membaca hafalan shalat dan praktik shalat nya sambil menutup mata, dia tidak menghiraukan hal yang terjadi itu. Pada saat itu semua orang berhamburan lari, karena takut tertimpa reruntuhan sekolah. Umi Salamah pun memanggil-manggil Delisa dari luar kelas, tapi Delisa tidak mendengarnya, karena saking khusu nya membaca hafalan shalatnya. Setelah itu, tiba-tiba gelombang tsunami datang dan menghantam kelas yang di dalam nya ada Delisa yang sedang praktik shalat. Kemudian Delisa terseret ombak, Delisa pun tenggelam dan dia berusaha untuk benerang dari dalam gelombang tsunami itu agar bisa selamat, akan tetapi Delisa tetap tenggelam dan dia tiba-tiba pingsan. Setelah tsunami selesai, Delisa ternyata terdampar di gundukan batu karang selama berhari-hari. Ketika itu, relawan dari negara asing pun menemukan Delisa dan seketika langsung membawanya ke rumah sakit. Seteh di rumah sakit, ternyata kaki kanan Delisa dinyatakan harus diamputasi oleh dokter. Ketika bencana tsunami terjadi, Abi Usman sedang bekerja berlayar di kapal dan tidak mengetahui bahwa di kotanya terjadi tsunami begitupun dia tidak mengetahui bahwa keluarganya menjadi korban tsunami. Hingga akhirnya Abi Usman diberitahu oleh rekannya bahwa di Aceh tempatnya itu terjadi tsunami. Abi Usman pun pulang ke Aceh dan dia tertegun, karena melihat kotanya dan rumahnya telah porak poranda diterjang tsunami. Beliau mencari keluarganya dan menanyakan ke sana kemari, akan tetapi tidak ketemu juga, hingga akhirnya Abi Usman bertemu dengan putrinya Delisa di salah satu rumah sakit. Pada saat itu Delisa sudah mau diadopsi menjadi anak angkat oleh relawan/tentara asing, akan tetapi, karena Delisa sudah bertemu dengan Abi nya, maka Delisa pun dibawa pulang oleh Abi Usman dan mereka pun harus menjalani kehidupan barunya tanpa ditemani keluarga yang lengkap seperti dahulu. Delisa pun terlihat senang dan bisa menerima keadaan, walau harus hidup dengan satu kakinya. Ulasan Film Dalam film Hafalan Shalat Delisa ini, mengajarkan kita untuk selalu semangat dalam mencari ilmu, terutama ilmu agama. Kemudian mengajarkan untuk menjadi seorang orang tua yang bertanggungjawab terhadap anak-naknya, terutama dalam hal memberikan pendidikan yang layak. Umi Salamah menggambarkan istri yang shaleha yang berbakti pada suami dan mau mengurus anak dengan ikhlas walau tanpa suami di sisinya, karena harus bekerja. Dalam peran tentara asing yang membantu warga Aceh, memberi contoh kepada kita, bahwa hidup harus saling tolong menolong. Abi Usman dan Delisa mengajarkan kita, bahwa kita harus bisa bangkit dari keterpurukan. Abi Usman juga memberikan contoh pada kita bahwa menjadi eorang laki-laki dan suami itu harus bertanggungjawab. Film ini juga mengajarkan kita untuk selalu bersikap ikhlas dan bersyukur dalam keadaan apapun. Delisa mengajarkan umat islam untuk khusu dalam shalatnya. Akan tetapi yang menjadi nilai kurang dalam film ini, yaitu ada beberapa pengambilan gambar yang terlihat jelas tidak natural atau terlihat memang seperti editan, seperti pada scien ketika menggambarkan Delisa tenggelam sampai ke dasar air dan pada scien yang lainnya juga masih ada yang terlihat seperti editan. Hal ini yang mungkin mengurangi nilai kesempurnaan dalam film ini. Kesimpuan Film Film Hafalan Shalat Delisa ini sangat bagus untuk ditonton oleh seluruh kalangan usia, terutama oleh anak-anak agar memberikan edukasi kepada anak untuk selalu semangat belajar, terutama mempelajari agama. Film ini juga mengajarkan banyak hal positif, seperti bersikap ikhlas, kerja keras, pantang menyerah, semangat, dan khusu dalam ibadah. Film ini juga pernah ditayangkan di TV dan memang film ini sangat bagus sebagai bahan edukasi anak, terutama yang beragaman islam. HafalanShalat Delisa (2004) Hafalan Shalat Delisa merupakan film garapan Sony Gaokasak yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Tere Liye. Film ini berlatar di Aceh pada 2004 ketika tsunami melanda provinsi tersebut. Film ini menceritakan kisah seorang gadis cilik bernama Delisa (Chantiq Schargerl) dan keluarganya. Resensi Film Hafalan Shalat Delisa0% found this document useful 0 votes3K views6 pagesOriginal Titleresensi_film_Hafalan_Shalat_DelisaCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes3K views6 pagesResensi Film Hafalan Shalat DelisaOriginal Titleresensi_film_Hafalan_Shalat_DelisaJump to Page You are on page 1of 6 You're Reading a Free Preview Pages 4 to 5 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Pembukaan Hafalan Shalat Delisa merupakan film drama Indonesia yang dirilis pada 22 Desember 2011 yang disutradarai oleh Sony Gaokasak serta dibintangi oleh Nirina Zubir danReza Rahadian. Film ini diangkat dari novel laris karya Tere Liye dengan judul yang sama. Seluruh pengambilan adegan film ini dibuat di Aceh.
JumlahHalaman: 544 halaman. ISBN: 9786028997904. Harga Buku: Rp 79.000. Presensi: Erka Ray. Tere Liye. Tentu dunia buku, dunia tulis menulis, sastra dan semacamnya, tidak akan asing lagi dengan nama penulis best seller yang satu ini. Penulis dengan nama asli Darwis ini merupakan pria kelahiran Lahat, Sumatera Selatan, 21 Mei 1979.Cast & crew2011TV-Y71h 42mDelisa lives in a village on the Aceh coast. On December 26, 2004, when Delisa was preparing to take the prayer practice test, suddenly an earthquake and a tsunami hit their village and seve... Read allDelisa lives in a village on the Aceh coast. On December 26, 2004, when Delisa was preparing to take the prayer practice test, suddenly an earthquake and a tsunami hit their village and several other areas in Aceh and Southeast lives in a village on the Aceh coast. On December 26, 2004, when Delisa was preparing to take the prayer practice test, suddenly an earthquake and a tsunami hit their village and several other areas in Aceh and Southeast production, box office & company infoPhotosMore like the first to reviewContribute to this pageSuggest an edit or add missing contentBy what name was Hafalan Shalat Delisa 2011 officially released in Canada in English?AnswerEdit pageMore to exploreRecently viewedYou have no recently viewed pages NovelHafalan Sholat Delisa adalah sebuah novel karangan Tere Liye yang menceritakan tentang perjuangan seorang anak kecil dalam menghafal bacaan sholat. Novel ini mengetengahkan tema sosial dan agama. Jika dikaji lebih dalam, pada novel tersebut penulis banyak sekali membubuhkan nilai moral dalam berkehidupan sosial dengan didasarkan oleh
Judul Fim Hafalan Shalat Delisa Kategori film Semua Umur Jenis Film Drama Produser Chand Parwez Servia Produksi PT KHARISMA STARVISION PLUS Sutradara Sony Gaokasak Pemain Chantiq Schagerl, Fathir Muchtar, Gina Salsabila, Loide Christina Teixeira Mike Lewis, Nirina Zubir, Reza Rahadian, Teuku Umam, Hannah Al Rashid, Riska Tania Apriadi, Reska Tania Apriadi, Joehana Sutisna Tanggal tayang Mulai 22 Desember 2011 Durasi 106 menit Novel Hafalan Shalat Delisa Penulis Tere-Liye Musik Tya Subiakto Sinematografi Bambang Supriadi EditorCesa David Luckmansyah Negara Indonesia Bahasa Indonesia Film Hafalan Shalat Delisa adalah sebuah film yang mengangkat cerita dari salah satu karya novelis Indonesia. Penulis Novel itu mempunyai nama pena Tere-Liye. Sesuai dengan cerita yang terdapat dalam novel, bahwa cerita ini terilhami dari kisah nyata, yaitu kisah bencana tsunami di Aceh. Film ini bercerita tentang seorang anak perempuan bernama Delisa dengan kehidupan yang dijalaninya bersama Umi, Abi, kakak-kakaknya, guru-guru dan teman-temannya. Delisa adalah seorang anak yang sangat ceria, polos, pintar dan sedikit usil. Namun dalam keluguannya ia memiliki sisi kedewasaan yang jarang dimiliki oleh anak seumurannya yang lain. Film ini mengangkat tema keikhlasan. Seperti halnya yang dikisahkan dalam film tersebut yaitu bagaimana anak seusia Delisa belajar mengaplikasikan keikhlasan dalam setiap alur kehidupan yang dilaluinya kendati ia masih belia. Ia mencoba ikhlas menerima kehilangan ummi yang sangat dicintainya, berpisah dengan kakak-kakak dan teman-temannya, bahkan kehilangan salah satu anggota badannya, setelah kejadian tsunami melanda Lhok Nga, kawasan pantai tempat kediaman dirinya dan keluarganya. Gadis kecil itu tak hanya harus mengaplikasikan keikhlasan dalam menerima hilangnya sesuatu yang sangat dikasihi, namun dalam melakukan sesuatu, apapun itu harus selalu diiringi dengan keikhlasan. Seperti usahanya untuk lulus dalam ujian praktek shalat. Ia merasa kesulitan untuk menghafal bacaan shalatnya, entah itu terbalik bacaannya ataupun lupa akan bacaan yang baru saja ia hafalkan. Namun akhirnya ia menyadari lewat jawaban guru ngajinya yang dengan sabar menjelaskan kepolosan pertanyaan Delisa. Delisa dengan keluguannya akhirnya menyadari bahwa selama ini usahanya mengahafalkan bacaan shalat adalah ingin lulus dalam ujian praktek shalat dan berhasil memperoleh hadiah kalung emas yang telah dijanjikan umminya. Film yang disutradarai oleh Sony Gaokasak ini memang terilhami oleh kejadian Tsunami tujuh tahun yang lalu. Namun karena kejadian itu merupakan kejadian yang tak biasa, maka sutradara tak terlalu memfokuskan alur cerita pada kejadian bencana alam tersebut. Akan tetapi ia memfokuskan alur cerita pada tema yang digarapnya dalam pembuatan film ini. Akan tetapi sedikit sentuhan CGI Computer Graphic Intermediate yang disumbangkan oleh tim Geppeto telah mewakili pengilhaman cerita yang berdasarkan kejadian bencana tsunami. Sony Gaokasak adalah seorang sutradara yang cukup memiliki profesionalitas yang baik dalam berkarya. Seperti karyanya yang lain Film berjudul Tentang Cinta. Ia selalu mengutamakan kualitas, walaupun harus harus memakan waktu yang tidak sebentar, baik dalam mencari peran yang cocok untuk filmnya dalam Film Tentang Cinta atau hanya sekedar mencari setting yang tepat untuk pembuatan filmnya. Seperti film Hafalan Shalat Delisa yang ia akui persiapan produksi untuk film ini memakan waktu sekitar dua tahun lamanya. Sony Gaokasak memfilmkan novel HSD karena prestasi novel yang telah banyak menarik perhatian pembaca novel yang tak hanya berasal dari dalam tapi juga dari luar negeri. Novel yang telah menggugah hati jutaan pembaca Tanah Air dan negara-negara lain itulah yang menjadi dasar pemikiran untuk segera memfilmkan novel Hafalan Shalat DELISA. *catatan sony gaokasak dalam facebook Film yang berdurasi sekitar 106 menit ini sangat cocok ditonton oleh semua kalangan, karena film ini memiliki banyak pelajaran penting yang dapat kita ambil. Tak seperti film-film lain yang berbeda genre atau drama romantic yang sering mempertunjukkan sajian-sajian yang sedikit sekali mengandung unsur kebaikan apalagi unsur edukasi, dan mayoritas hanya mengandalkan sisi kormersialitas film di pasar perfilman. Bagian yang paling menarik dan paling menyentuh dalam novel ini adalah ketika Delisa protes dan mengurai air matanya seraya menyampaikan pertanyaan atas semua orang yang tega meninggalkannya sendiri. Ummi, Kak Fatimah, Aisyah, Zahra, Tiur, dan yang lainnya. Pada bagian itu sangat tampak Delisa yang hanya seorang anak kecil harus menerima kenyataan bahwa ia harus merelakan orang-orang yang selama ini dekat dengannya. Para pemain film hafalan Shalat Delisa sangat terlihat berusaha menjiwai perannya masing-masing. Tetapi dalam beberapa peran seperti tokoh Suster Soffie dan si kembar Zahra dan Aisha terlihat masih sedikit kaku dalam menjiwai dan memerankan tokohnya. Sekian resensi film Hafalan Shalat Dellisa yang dapat saya kemukakan. Terima Kasih 🙂
TereLiye merupakan salah satu penulis terkenal di tanah air. Tidak sedikit karyanya yang disukai para pembaca. Beberapa novelnya telah ditayangkan sebagai film layar lebar seperti Hafalan Shalat Delisa dan Bidadari-bidadari Surga. Tere Liye telah mengangkat tema cinta, keluarga, dan politik dalam karyanya.Film ini diangkat dari novel karya tere-liye berjudul sama, yaitu Hafalan Shalat Delisa. Mengisahkan tentang seorang gadis kecil dari Aceh bernama Delisa yang sedang berusaha menyelesaikan hapalan shalat agar mendapatkan hadiah kalung. Namun, semuanya berubah saat negara api menyerang saat tsunami filmnya nggak jauh beda dari buku, meskipun ada yang beda dikit. Tapi suwer, saya sangat menikmatinya. ' Malah saya bener-bener bersyukur karena telah menontonnya. Udah lama banget saya nggak merasa se-trenyuh ini setelah menonton sebuah film. Terakhir ya Taare Zameen filmnya cukup bagus, meskipun banyak animasi ala Ind****ar yang bikin rada-rada sweatdrop. Adegan tsunami-nya, misalnya, rada-rada gimanaaa gitu karena keliatan banget efek komputer. ^^;; Namun, terlepas dari itu, kekuatan ceritanya memang menghanyutkan. Akting para pemainnya-terutama Reza Rahardian sebagai Abi-sangat menyentuh, apalagi waktu dia nangis setelah pulang ke Aceh dan melihat rumahnya rata dengan tanah. T___TKekurangan lainnya... ehm itu gaya kerudung Umi gaya 2011 kali, bukan gaya 2004. plak Dan saya sama sekali nggak inget ada romansa antara Ustadz Rahman dan Kak Sophie atau saya aja yang lupa? Baca bukunya udah lama sih. Tapi yang terakhir itu gak terlalu mengganggu sih, malah bikin cengar-cengir ada selipan begituannya. ^_^Well, secara umum... film ini memang penuh drama, meski sama sekali nggak lebay. Cerita yang mengalir seperti novelnya berhasil dipertahankan dalam film ini-mungkin memang film ini menekankan pada plot sehingga penonton terhanyut dan menontonnya dengan serius memang nuansa filmnya serius sih. Banyaaaaaak banget adegan menyentuh yang sukses bikin saya berkaca-kaca, bahkan temen saya yang nonton bareng aja berkali-kali mengusap mata. 'Saya inget banget, adegan yang bikin saya nangis di bukunya itu waktu Delisa meluk Abi dan bilang, "Delisa cinta Abi karena Allah". Di sini pun saya berkaca-kaca banget pas nonton bagian itu. T^TPemeran Delisa menurut saya cukup berhasil menampilkan imej kanak-kanak Delisa yang polos, walaupun-kalo boleh saya bilang-wajahnya itu rada terlalu Arab, beda sama yang saya pikirkan. Tapi sebagai aktris cilik baru, saya rasa aktingnya sudah baik sekali. Mungkin ada beberapa yang kurang natural, but it's OK... saya tetap terkesan. 'DSecara keseluruhan, saya jatuh hati sama film ini. Realisasi yang cukup bagus untuk novelnya, jauh lebih bagus daripada ekranisasi Ayat-ayat Cinta ya iyalah, nggak usah dibandingin itu mah -,-. Pesan moral tentang keikhlasan yang memang kental sekali di novelnya terwujudkan dengan sempurna di sini. Bener-bener film yang cocok ditonton keluarga... pembelajaran yang bagus untuk anak-anak. 'Sangat sangat sangat direkomendasikan~! XDcopas from
Resensiadalah pertimbangan buku, pembicaraan buku, atau ulasan buku dengan bahasa yang agak mentereng, berarti membedah, menganalisa, dan mencari roh atau inti dari buku. (Keraf, 2001: 247). Dari dua contoh tersebut tentu bisa diketahui bahwa semua unsur catatan tubuh diletakan di dalam tanda kurung..Tsunami Merenggut KebahagiaankuResensi Novel Hafalan Shalat DelisaRuang Resensi Ahad, 26 Desember 2004 menjadi hari yang tak pernah terlupakan bagi rakyat Indonesia. Khususnya, orang-orang yang tinggal di Nanggroe Aceh Darussalam. Makhluk asing bernama tsunami tiba-tiba datang menjamah dataran bumi yang konon bergelar Serambi Mekkah itu. Kubik-kubik air laut yang tak terhitung jumlahnya ditumpahkan ke darat, menyapu segala sesuatu; gedung-gedung, kantor-kantor, rumah-rumah, hingga panik, teriakan, jeritan, dan tangisan bercampur dengan hantaman air ke segala penjuru. Setiap orang berjuang untuk menyelamatkan diri sendiri; orang tua lupa pada anaknya, suami lupa pada istrinya, saudara lupa saudaranya. Seolah-olah gambaran kiamat yang kelak akan mengakhiri Liye yang sedang makan siang di kamar kostan ukuran 2x3 m sambil menatap televisi, tersedu dan menangis setelah menonton berita anak-anak yang kakinya diamputasi pasca tsunami. Kemudian bersumpah untuk menulis kisah yang amat sederhana tentang kejadian menyakitkan tersebut. Lalu lahirlah novel Hafalan Shalat Delisa Novel Hafalan Shalat DelisaDelisa berumur 6 tahun dan memiliki tiga saudara; Fatimah, Aisyah, dan Zahra. Ibunya, Ummu Salamah adalah seorang penjahit sekaligus pembordir pakaian yang sering dipesan oleh tetangga-tetangga dekat rumahnya. Sedang Abi Usman, ayahnya, bekerja di kapal tanker perusahaan minyak Delisa tinggal di komplek perumahan sederhana. Tepatnya, di sebuah daerah tepi pantai bernama Lhok Nga. Kehidupan gadis ini biasa-biasa saja. Layaknya, anak anak yang seumuran dengannya; pergi ke sekolah, bermain hingga sore, mengaji, bercanda dengan kakak-kakaknya, dan keluarganya ada salah satu kebiasaan yang sudah berjalan lama, yaitu memberikan hadiah kalung emas bagi setiap anak yang menyelesaikan tugas hafalan shalat dari sekolah. Seperti yang telah dilakukan Fatimah, Aisyah, dan Zahra. Delisa sebagai anak paling bungsu akhirnya mendapat terhadap kalung emas menjadikannya terpacu untuk menuntaskan hafalan. Akan tetapi, hal tersebut tidak mudah. Hari-harinya terasa rumit. Hafalannya morat-marit. Bacaannya terbolak balik. Sering lupa, dan macam-macamlah akhirnya, Aisyah membuat tekhnik jembatan keledai untuk membantunya. Benar saja, dengan cara itu, dia menjadi lebih lancar dan mudah dalam yang dinanti akhirnya tiba. Delisa berangkat bersama umminya ke sekolah untuk ujian hafalan. Sungguh, keduanya tidak tahu bahwa hari itu adalah hari yang sangat per satu anak menyetorkan hafalan sekaligus praktik hingga tiba urutan Delisa. Persis, ketika dia mengangkat takbiratul ihram dan ucapan itu hilang dari lisannya ... lantai laut retak. Seketika dasar bumi runtuh dan merekah sampai ratusan kilometer. Gempa menjalar dahsyat, mengguncang Banda Aceh hingga Lhok yang terkena pecahan kaca pas bunga akibat gempa tetap tak hirau dan berusaha meneruskan bacaannya. Sementara itu, gelombang tsunami yang menggulung lautan sedang menyapu ke bibir pantai. Lalu, tanpa ampun memberangus semuanya; pepohonan kelapa, lapangan bola, tiang-tiang gawang, rumah-rumah warga, hingga meunasah yang dia mengangkat takbir untuk bersujud, air menerabas ke sekolah. Menghantam tembok hingga rekah. Dirinya tersapu. Terseret air. Terlempar ke mana-mana. Tubuhnya yang rapuh terbentur segala macam benda. Luka dan lebam di sana itu, Ahad 26 desember 2004 menjadi catatan kelam di Bumi Pertiwi. Terkhusus lagi bagi orang-orang yang baru pertama seluruh dunia berhiruk pikuk dengan bencana, bersama kesedihan yang menyeruak di mana-mana. Delisa tidak diketahui keberadaannya. Entah hidup atau mati ....Kelebihan dan Kekurangan Novel Hafalan Shalat DelisaSebagai novel pertama yang ditulis oleh Tere Liye, novel ini patut diapresiasi. Muatannya terasa emosional karena memang bersentuhan langsung dengan kehidupan banyak pembaca. Karya yang lahir setahun setelah bencana tsunami tidak bisa dikatakan terlambat. Bagaimanapun, saat itu masih banyak orang yang merasakan trauma dan guncangan. Ditambah lagi, Nanggroe Aceh belum sepenuhnya pulih. Sisa-sisa tsunami masih bisa ditemukan di segala hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dari Hafalan Shalat Delisa. Salah satunya, peran orang tua dalam memberi semangat dan dukungan pada anaknya saat belajar agama. Juga persembahan reward bagi setiap pencapaiannya. Walau sekadar menghafal bacaan shalat yang nampak remeh dan novel ini datang dengan konflik yang sangat sederhana. Berkutat pada Delisa yang kesulitan berjuang menghafal bacaan shalat, serta hasrat untuk memiliki kalung emas. Itu saja. Bagian-bagian awal pun terasa sangat menjenuhkan. Akan tetapi, novel ini terselamatkan dengan mengangkat bencana tsunami, sehingga melebur dan memenangkan banyak itu, catatan kaki yang berisi komentar penulis malah berlebihan dan mengganggu. Walau tujuannya untuk mempengaruhi sentimen pembaca, mempertajam keadaan tokoh, atau menjelaskan impresi penulis ketika menoreh naskah ini, tetap saja nampak terlalu entah penulis yang luput atau editor yang lalai, penukilan sepotong ayat Al-Quran surah asy-Syarh ayat 5 tidak tepat. Seharusnya Fainna ma'al 'usri yusro, bukan painnakal 'usri yusro hal 124.*Kesimpulan novel Hafalan Shalat Delisa berkisah tentang gadis bernama Delisa yang berjuang untuk menghafal bacaan shalat demi mendapatkan hadiah berupa kalung emas. Namun, di tengah perjuangan itu, tiba-tiba tsunami melanda tempat NovelJudul Hafalan Shalat DelisaPengarang Tere LiyePenerbit RepublikaTahun Terbit 2005Tebal 270 halamanISBN 978-979-321-060-5Harga - resensi novel Hafalan Shalat Delisa. Semoga bermanfaat.*Novel cetakan ke XII terbit tahun 2010. Walau sudah 12 kali cetak, kekeliruan ini belum juga Resensi Novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya Keigo Higashino