mengatasibahaya yang timbul dalam tempat kerja.Berikut ini gambaran kecelakaan kerja di berbagai sektor. Gambar 1. Angka kecelakaan dari berbagai sektor pekerjaan Selanjutnya disampaikan beberapa permasalahan K3 yang ada di Indonesia: PT Jamsostek menyampaikan bahwa tahun 2013 terdapat 103.285 kasus kecelakaan kerja di Indonesia.
ArticlePDF AvailableAbstractKelelahan kerja kerap terjadi pada sektor formal maupun informal seperti industri konstruksi. Kelelahan kerja dapat menyebabkan menurunnya produktivitas kerja dan meningkatkannya kesalahan kerja di tempat kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor kelelahan kerja pada pekerja konstruksi proyek Gama Land Tahun 2020. Penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional dengan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling sebanyak 103 pekerja. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2019 – Februari 2020. Variabel bebas terdiri dari beban kerja tensi digital dan pencahayaan lux meter, sementara variabel terikat adalah kelelahan kerja reaction timer. Analisis data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji chi square dengan batas kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian diperoleh tidak ada hubungan yang bermakna beban kerja dan pencahayaan dengan kelelahan kerja diperoleh dengan nilai p value masing-masing p=0,097 dan p=1,000 0,05. Dapat disimpulkan dengan mayoritas pekerja mengalami beban kerja kategori sedang dengan mengalami kelelahan kerja. Sebanding lurus jika, beban kerja pekerja berat maka semakin tinggi juga tingkat kelelahan yang dirasakan pekerja, sedangkan tingkat pencahayaan dominan terpenuhi dikarenakan kondisi lokasi lingkungan kerja yang terbuka dan tidak membutuhkan sumber pencahayaan bantuan selain sumber pencahayaan alami yaitu matahari maka dari itu mayoritas pekerja tidak mengalami kelelahan kerja dikarenakan pencahayaan di lingkungan kerja sudah terpenuhi. Sebaiknya bagi pekerja konstruksi agar dapat memperhatikan dirinya selama bekerja dan memberikan jeda saat merasakan indikasi kelelahan fisik serta dianjurkan untuk minum air putih atau istirahat agar tidak terjadi dehidrasi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Kesehatan Global, Vol. 4, No. 1, Januari 2021 33-40Published By Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan HelvetiaARTIKEL RISETURL Artikel KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA KONSTRUKSIPROYEK GAMA LANDWork Factors In Construction Workers Gama Land ProjectZsa Zsa Dwita Sari BatubaraK, Ayu Rizky Safitri, Santy Deasy SiregarDepartemen K3, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Prima Indonesia, Medan, IndonesiaEmail Penulis Korespondensi zsazsadwitasari kerja kerap terjadi pada sektor formal maupun informal seperti industri kerja dapat menyebabkan menurunnya produktivitas kerja dan meningkatkannya kesalahankerja di tempat kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor kelelahan kerja pada pekerjakonstruksi proyek Gama Land Tahun 2020. Penelitian ini menggunakan survei analitik denganpendekatan cross sectional dengan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling sebanyak dilaksanakan pada bulan November 2019 –Februari 2020. Variabel bebas terdiridari beban kerja tensi digital dan pencahayaan lux meter, sementara variabel terikat adalahkelelahan kerja reaction timer. Analisis data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan ujichi square dengan batas kemaknaan α = 0, penelitian diperoleh tidak ada hubungan yangbermakna beban kerja dan pencahayaan dengan kelelahan kerja diperoleh dengan nilai p valuemasing-masing p=0,097 dan p=1,000 > 0,05. Dapat disimpulkan dengan mayoritas pekerjamengalami beban kerja kategori sedang dengan mengalami kelelahan kerja. Sebanding lurus jika,beban kerja pekerja berat maka semakin tinggi juga tingkat kelelahan yang dirasakan pekerja,sedangkan tingkat pencahayaan dominan terpenuhi dikarenakan kondisi lokasi lingkungan kerja yangterbuka dan tidak membutuhkan sumber pencahayaan bantuan selain sumber pencahayaan alami yaitumatahari maka dari itu mayoritas pekerja tidak mengalami kelelahan kerja dikarenakan pencahayaandi lingkungan kerja sudah terpenuhi. Sebaiknya bagi pekerja konstruksi agar dapat memperhatikandirinya selama bekerja dan memberikan jeda saat merasakan indikasi kelelahan fisik serta dianjurkanuntuk minum air putih atau istirahat agar tidak terjadi kunci Kelelahan, Pencahayaan, Iklim kerja, Beban kerjaAbstractWork fatigue often occurs in the formal and informal sectors such as the constructionindustry. Improve work efficiency and increase work errors at work Gama Land in 2020. This studyuses analytic methods using cross sectional sampling technique that is a total sampling of 103workers. The study was conducted in November 2019 - February 2020. The independent variablesconsisted of workload digital tension and lighting lux meter, while the variables developed werework reaction time. Data analysis performed was univariate and bivariate with chi square test withsignificance limits α = The research results obtained there is no relationship given the workloadand lighting with work obtained with p values respectively p = and p = 1,000. Can reduce thenumber of workers who increase the weight category so the lighter the work received by comparableworkers, the workload of workers increases the level of workers in addition to lighting assistance. It isadvisable for construction workers to pay attention to themselves during work and give pause when Jurnal Kesehatan Global, Vol. 4, No. 1, Januari 2021 33-40Published By Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetiathey feel indications of physical fatigue and it is recommended to drink water or rest so thatdehydration does not Fatigue, Lighting, Working Climate, mengacu pada kondisi menurunnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatanKelelahan adalah perasaan subjektif, akan tetapi berbeda dengan kelemahan dan memiliki sifatbertahap. Tidak halnya kelemahan, kelelahan dapat diatasi dengan periode istirahat. Kelelahan dapatdisebabkan secara fisik atau mental 1. Kelelahan kerja merupakan keriteria yang kompleks yangtidak hanya menyangkut dengan penurunan kerja fisik, dan juga adanya rasa lelah, serta penurunanmotivasi, selain itu juga terjadi penurunan produktivitas kerja 2.Rasa sakit capek atau cepat lelah dikarenakan prosedur kerja dan perancangan fasilitas kerjayang kurang ergonomis, maka kondisi ini akan memberikan dampak pada hasil produktivitas kerjayang tidak opimal selain berpotensi cidera pada bagian tubuh tertentu akibat aktifitas kerja yang tidakseimbang dengan keterbatasan manusia 3.Industri konstruksi menempati peringkat pertama pekerjaan paling berbahaya di dunia, denganrisiko kecelakaan kerja fatal 5 kali lebih tinggi dan risiko cedera utama kali lebih tinggi daripadasektor manufaktur, dan kerugian yang dapat dikeluarkan akibat kecelakaan kerja dalam sector inimenghabiskan 10 milliar USD per tahun 4.Data dari Departemen Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan Jepang menunjukkan bahwajumlah kematian tenaga kerja yang meninggal dunia karena kelelahan bekerja karoshi di Jepangdalam 1 tahun terakhir mencapai kasus, mencatatkan rekor tertinggi selama ini. Kasus-kasuskematian karoshi mayoritasnya yang berhubungan dengan bidang-bidang seperti teknik, transportasi,perawatan kesehatan dan pelayanan sosial yang memang sejak lama kekurangan tenaga kerja 5.Di Indonesia sendiri, berdasarkan BPJS Ketenagakerjaan melaporkan hingga tahun 2017, angkakecelakaan kerja yaitu kasus kecelakaan kerja dengan penyebab tertinggi yaitu, kecelakaanlalu lintas saat berkendara terkait pekerjaan, atau saat menuju dan dari tempat kerja. Gejala umumkelelahan biasanya terjadi karena suatu perasaan letih yang luar biasa dan aktivitas akan menjaditerganggu serta terhambat karena munculnya kelelahan kerja tersebut 6. Sementara penelitian yangbetujuan untuk mengetahui dampak kelelahan kerja pada pekerja mengatakan bahwa 81% atau 34Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Tanjung Emas Semarang TKBM PTES mengalamikelelahan tingkat sedang 7. Begitu juga pada pekerja konstruksi bagian project renovasi workshopmekanik, rata-rata pekerjanya mengalami kelelahan kerja sebanyak 527,2 milidetik yaitu 90%kelelahan sedang dan 10% dengan kelelahan berat. Responden yang memiliki kelelahan kerja beratyakni responden yang melakukan kegiatan memasang membongkar scaffolding, memalu tembokdinding untuk memasang keramik kaca, dan memindahkan besi scaffolding dengan posisi kerjaberdiri, berjongkok menggunakan kedua lengan 8. Selain itu pencahayaan adalah faktor yang sangatpenting untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik dan akan memberikan kenyamanan danmeningkatkan produktivitas bagi pekerja 9.Pembangunan proyek Gama Land merupakan proyeksi terbesar dan terelite dalam ruanglingkup properti di Kota Medan. PT Selaras prima Indonesia merupakan salah satu perusahaan swastayang bergerak dalam bidang konstruksi bangunan pada pembangunan proyek perumahan Gama tanggal 2 Agustus 2019 peneliti melakukan survei awal dan diperoleh bahwa total pekerja perhari sebanyak 103 pekerja. Dari 20 responden terdapat 15% pekerja mengalami kelelahan kategoritinggi dan 85% pekerja mengalami kelelahan kategori sedang. Keluhan yang dirasakan pekerja seperti Jurnal Kesehatan Global, Vol. 4, No. 1, Januari 2021 33-40Published By Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetiakelelahan, sakit kepala, nyeri di beberapa anggota bagian tubuh yaitu, pinggang dan punggung, sertadehidrasi akibat dari kelelahan tersebut hingga mengalami kecelakaan kerja seperti tertusuk pakuyaitu bapak berumur 62 tahun, tergores yaitu bapak berumur 53 tahun, tertimpa material yaitu bapakberumur 17 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang dapat mempengaruhikelelahan pada pekerja konstruksi proyek Gama Land Deli Serdang tahun menggunakan metode analitik kuantitatif dengan rancangan cross sectional,dengan kelelahan kerja sebagai variabel dependen. Variabel beban kerja dan pencahayaan sebagaivariabel independen. Penelitian ini dilakukan di proyek Gama Land pada bulan November tahun 2019sampai Februari 2020. Populasi pada penelitian ini yaitu semua pekerja konstruksi proyek GamaLand sebanyak 103 orang, dengan menggunakan teknik total sampling. Adapun alat dalampengumpulan data primer yang digunakan peneliti yaitu, reaction timer untuk pengukur kelelahankerja, tensi digital untuk mengukur beban kerja, lux meter yaitu untuk mengukur pencahayaan dilingkungan kerja. Pengukuran variabel menggunakan alat ukur yang sudah teruji sesuai standar yangmana kami memakai jasa pengukuran sampel oleh Balai K3 Medan, seperti alat kelelahanmenggunakan Reaction Timer Waktu Reaksi dengan Standar hasil pengukuran kelelahan yaituNormal waktu reaksi 150,0 –240,0 mili detik, Kelelahan Kerja Ringan KKR Waktu reaksi >240,0 - 580,0 mili detik. Beban Kerja menggunakan alat ukurTensi Digital, untuk mengukur beban kerja dilakukan dengan menggunakan metode %CVLcardiovascular load. Yaitu %CVL=100×denyut nadi kerja-denyut nadi istirahat/denyut nadimaksimum-denyut nadi istirahat. Data mengenai pencahayaan lingkungan kerja didapatkan denganmelakukan pengukuran langsung yang menggunakan alat ukur yaitu Lux Meter akan dibandingkandengan sesuai standar Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer1405/MENKES/SK/XI/2002 dengan intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux. Analisis datadalam penelitian ini menggunakan Analisis Univariate dan Bivariate dengan menggunakan uji Chisquare yang besar alfa yang telah ditentukan adalah 0,05 α = 5% dengan interval kepercayaan CI =95%HASILAnalisis UnivariatBerdasarkan tabel 1, dari 103 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden beradapada kelompok umur 17 - 30 tahun sebanyak 74,8% dengan masa kerja 1 bulan - 15 tahun sebanyak97%. Sedangkan minoritas responden berada pada kelompok umur 31 - 68 yaitu sebanyak 25,2%dengan masa kerja16 tahun - 30 tahun sebanyak 3%.Tabel Frekuensi Karakteristik RespondenMasa Kerja1 bulan –15 tahun16 tahun –30 tahun Jurnal Kesehatan Global, Vol. 4, No. 1, Januari 2021 33-40Published By Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan HelvetiaBerdasarkan tabel 2 dari 103 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalamikelelahan ringan 54,4%, beban kerja sedang 73,8%, jumlah pencahayaan yang terpenuhi 87,4%.Sedangkan minoritas responden mengalami kelelahan berat 8,7%, beban kerja ringan 8,7%, danjumlah pencahayaan tidak terpenuhi 12,6%. Tabel Frekuensi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja, Beban Kerja, dan PencahayaanKelelahan KerjaNormalKelelahan RinganKelelehan SedangKelelahan BeratBeban KerjaRinganSedangAgak BeratPencahayaanPencahayaan TerpenuhiPencahayaan Tidak TerpenuhiAnalisis BivariatBerdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami kelelahan kerja denganbeban kerja ringan sebanyak 6 orang 5,8%, sedang sebanyak 67 orang 65% dan agak beratsebanyak 15 orang 14,5%. Sedangkan, responden yang tidak mengalami kelelahan kerja padakategori beban kerja ringan sebanyak 3 orang 2,9%, sedang 9 orang 8,7%, dan agak berat 3 orang2,9%.Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa nilai p-value = 0,097 p>0,05, dapatdisimpulkan H0diterima dan Haditolak, yang artinya tidak ada hubungan beban kerja dengankelelahan di PT SPI proyek Gama Land, Deli tabel 3 menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami kelelahan kerja denganpencahayaan terpenuhi sebanyak 77 orang 74,7%, pencahayaan tidak terpenuhi sebanyak 11 orang10,6%. Sedangkan, responden yang tidak mengalami kelelahan kerja dengan pencahayaan terpenuhisebanyak 13 orang 12,6% dan dengan pencahayaan tidak terpenuhi sebanyak 2 orang 1,9%.Hasil analisis data menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p= 1,000 p>0,05, artinya H0diterima dan Haditolak maka dapat disimpulkan bahwa pencahayaan tidak memiliki hubungan yangbermakna dengan kelelahan kerja pada proyek Citra Gama Land di PT. Selaras Prima Beban Kerja dan Pencahayaan dengan Kelelahan Kerja Jurnal Kesehatan Global, Vol. 4, No. 1, Januari 2021 33-40Published By Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan HelvetiaPencahayaanTidakTerpenuhiPEMBAHASANHubungan Beban Kerja dengan Kelelahan KerjaPekerjaan konstruksi merupakan pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik dalammenjalankan pekerjaannya. Untuk memperoleh hasil beban kerja dapat diperoleh dengan mengukurdenyut nadi pekerja yang dinyatakan dalam satuan/menit. Beban kerja dalam penelitian ini dibagimenjadi menjadi 4 kategori, yaitu ringan, sedang, agak berat, berat, dan sangat umum beban kerja dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif. Beban kerjakuantitatif adalah seseorang bekerja dalam jumlah banyak sesuai dengan waktu yang telah beban kerja kualitatif yaitu seseorang bekerja dengan tugas-tugas yang repetitif, berbagaijenis, dan memiliki konstruksi merupakan jenis beban kerja kualitatif. Pekerjadengan beban kerja sedang dominan berusia produktif 10.Beban kerja dan tuntutan kerja akan dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi beban kerja yaitu tugas-tugas, organisasi kerja, lingkungan kerjabaik lingkungan kerja fisik, kimiawi, biologis, dan psilologis, sedangkan faktor internal yangmempengaruhi beban kerja yaitu faktor somatis dan faktor psikis. Pada beban kerja fisik diperlukankerja otot, jantung, dan paru, sehingga jika beban kerja fisik tinggi maka kerja otot, jantung, dan paruakan semakin tinggi juga, begitu pula sebaliknya 11.Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Arifin, yang menyatakan adanya hubunganbeban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi proyek Nipah Mall Makassar Tahun2017, serta menurut penelitian Yunus et al 12, menunjukkan ada hubungan antara beban kerjadengan kelelahan kerja dengan menggunakan uji korelasi di bagian produksi Pabrik Kayu LapisYogyakarta. Tetapi hasil penelitian ini sejalan dengan Nikky et al 13 dimana tidak terdapathubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pabrik PT. Kalla Kakao Industri Tahun observasi oleh peneliti, terlihat secara langsung beban kerja pekerja konstruksi pada saatbekerja tidak berat atau sedang, yang mana pekerja terlihat santai dan tidak diburu-buru oleh mandoruntuk melaksanakan pekerjaannya, dikarenakan mereka lebih banyak menerapkan sistem borongandaripada upah harian, yang artinya pekerja tidak selalu dikejar dengan target dalam satu harimelainkan pencapaian target per ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat digunakan untukmenentukan berapa lama seorang tenaga kerja itu dapat melakukan aktivitas pekerjaannya yang sesuaidengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan. Dimana semakin besar beban kerjaseseorang, maka akan semakin pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dangangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya 14.Beban kerja yang terlalu tinggi juga dapat berakibat kurang senangnya pada pekerja terhadappekerjaannya. Jika beban kerja terlalu rendah, akan berakibat pada kemampuan pekerja yang tidakdipergunakan secara maksimal. Beban kerja terlalu rendah juga berakibat timbulnya kebosanan,kehilangan kepedulian dan berkurangnya kepekaan terhadap lingkungan sekitar 15 Disimpulkanbahwa semakin sedikit pekerja yang mengalami kelelahan kategori berat maka semakin ringan beban Jurnal Kesehatan Global, Vol. 4, No. 1, Januari 2021 33-40Published By Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetiakerja yang dirasakan oleh pekerja sebanding lurus jika, beban kerja yang dirasakan pekerja berat makasemakin tinggi juga tingkat kelelahan yang akan dialami oleh Pencahayaan dengan Kelelahan KerjaPencahayaan yang kurang dari NAB dapat menjadi beban tambahan bagi pekerja, sehinggadapat menimbulkan gangguan performance penampilan kerja yang akhirnya dapat memberikanpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja pada pekerja itu sendiri 16.Kurangnya pencahayaan di lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab kelelahan fisikdan mental bagi para karyawan atau pekerja. apabila pencahayaan di suatu tempat kerja kurang, makadapat menyebabkan adanya perasaan tidak nyaman, sakit mata, kelelahan yang cepat timbul dan rasapening kepala bagi pekerja 17. Pencahayaan yang cukup dapat meningkatkan produktivitas sebesar10-50% dan dapat mengurangi tingkat kesalahan kerja sebesar 30-60% 18.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Odi et al 19 yaitu, hasil analisis denganmenggunakan uji Chi Square diperoleh dengan tidak ada hubungan antara pencahayaan dengankelelahan pada penjahit di Kampung Solor Kupang yang diberikan oleh peneliti yaitu, pekerja yang mendapatkan pencahayaan yangterpenuhi 74 orang 74,7% lebih banyak dari pada mendapatkan pencahayaan yang tidak terpenuhisebanyak 11 orang 10,6% dikarenakan kondisi lokasi lingkungan kerja yang terbuka dan tidakmembutuhkan sumber pencahayaan bantuan selain sumber pencahayaan alami yaitu matahari. Tahappembangunan pada saat peneliti melakukan penelitian yaitu banyaknya bangunan konstuksi yangbelum rampung atau pada saat proses pemasangan atap dilantai 2 untuk itu pekerja langsung terpaparsumber pencahayaan alami. Untuk di lantai 1 beberapa rumah yang sudah rampung memilikiminimnya pencahayaan, dikarenakan kurangnya sumber pencahayaan alami yang dapat masukkedalam bangunan konstuksi dan tidak adanya pencahayaan tambahan yang terdapat di dari asumsi peneliti tersebut, dengan pencahayaan yang sudah terpenuhi makatenaga kerja akan melaksanakan pekerjaan lebih mudah dan cepat sehingga produktivitas diharapkannaik serta dapat mencegah terjadinya kelelahan kerja hingga kecelakaan kerja, sedangkan peneranganburuk akan dapat berakibat kelelahan mata dan berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental,keluhan pegal sekitar mata, kerusakan indera mata 20.KESIMPULANKesimpulan penelitian ini menujukkan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna darikedua faktor beban kerja dan pencahayaan dengan kelelahan kerja di PT. SPI proyek citra gama land,Deli TERIMA KASIHUcapan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada PT. Selaras Prima Indonesia yang telahmemberikan kesempatan bagi peneliti untuk dapat melangsungkan penelitian dan mengarahkanpeneliti dalam proses pengambilan PUSTAKA1. Arifin A setiawan. Faktor yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja pada PekerjaKonstruksi Proyek Nipah Mall Kota Makassar Tahun 2017. [Skripsi]. Universitas HasanuddinMakassar; Mahardika P. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja PengisianTabung Depot LPG PT. Pertamina Persero Mor VII Makassar Tahun 2017. [Skripsi].Universitas Hasanuddin Makassar; 2017. Jurnal Kesehatan Global, Vol. 4, No. 1, Januari 2021 33-40Published By Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia3. Leo, Tedy Dian Pradana ET. Analisis Risiko Postur Kerja dengan Metode Owas pada PekerjaNursery Di Sanggau Tahun 2018. J Kesehat Masy Khatulistiwa. 2018;64157– Ramdan IM, Handoko HN, Mulawarman. Kecelakaan Kerja pada Pekerja Konstruksi Informaldi Kelurahan “ X ” Kota Samarinda. Media Kesehat Masy Indones. 2016;1211– Demetriou D. “Death From Overworking” Claims Hit Record High in Japan. The Tokyo; BPJS Ketenagakerjaan. Angka Kecelakaan Kerja Cenderung Meningkat, BPJSKetenagakerjaan Bayar Santunan Rp1,2 Triliun. Jakarta Departemen Tenaga KesehatanKerja; Medianto D. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga KerjaBongkar Muat TKBM di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. [Skripsi]. UniversitasMuhammadiyah Semarang; Widjasena B, Ekawati E. Hubungan Beban Kerja Fisik Manual dan Iklim Kerja terhadapKelelahan Pekerja Konstruksi Bagian Project Renovasi Workshop Mekanik. J Kesehat Guntur B, Putro GM. Analisis Intensitas Cahaya pada Area Produksi terhadap Keselamatandan Kenyamanan Kerja Sesuai dengan Standar Pencahayaan. OPSI –J Optimasi Sist Tanjung H, Rachmalia NY. Pengaruh Kelelahan Kerja dan Beban Kerja terhadap KomitmenOrganisasional pada Petugas Pemadam Kebakaran Kabupaten Aceh Tengah. In KebaruanDan Kode Etik Penelitian. Medan Ekonomi Dam Bisnis Universitas MuhammadiyahSumatera Utara; 2019. p. 95– Maharja R. Analisis Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Beban Kerja Fisik Perawat diInstalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya. Indones J Occup Saf Heal. 2015;41 Yunus FI y, Sumekar A, Anisah N. Hubungan Sikap Kerja Berdiri dan Beban Kerja Fisikdengan Kelelahan Kerja pada Pekerja di Bagian Produksi Pabrik Kayu Lapis Yogyakarta. JFormil Forum Ilmiah Kesmas Respati. 2019;42151– Nyky Asriyani, Siti Rabbani Karimuna NNJ. Faktor yang Berhubungan dengan TerjadinyaKelelahan Kerja pada Pekerja PT. Kalla Kakao Industri Tahun 2017. Jimkesmas J Ilm MhsKesehat Masy. 2017;261– Starizky O, Ekawati E, Jayanti S. Hubungan antara Beban Kerja dan Iklim Kerja denganKelelahan Kerja pada Pekerjaan Pengukuran Tanah Menggunakan Alat Teodolit. J KesehatMasy. 2016;43549– Estu Triana, Ekawati IW. Hubungan Status Gizi, Lama Tidur, Masa Kerja dan Beban Kerjadengan Kelelahan Kerja pada Mekanik Di Pt X Plant Jakarta. J Kesehat Masy. 2017;55146– Dongka RH. Analisis Implementasi K3 pada Laboratorium Praktek Instalasi Listrik di SMKNegeri 2 Luwu dan Smk Negeri 6 Luwu. CIRCUIT J Ilm Pendidik Tek Elektro. 2019;32 Sabaruddin EE, Abdillah Z. Hubungan Asupan Energi, Beban Kerja Fisik, dan Faktor Laindengan Kelelahan Kerja Perawat. J Kesehat. 2020;102107– Erniwati Ibrahim, Syamsuar Manyullei S. Kajian Illuminati pada Laboratorium Teknik GrafikaPolimedia Jakarta terhadap Standar Kesehatan Kerja Industri K3. J Nas Ilmu Odi KD, Purimahua SL, Ruliati LP. Hubungan Sikap Kerja, Pencahayaan dan Suhu terhadap Jurnal Kesehatan Global, Vol. 4, No. 1, Januari 2021 33-40Published By Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan HelvetiaKelelahan Kerja dan Kelelahan Mata pada Penjahit di Kampung Solor Kupang 2017;141 Setiawan D. Analisis Kelelahan Mata Pekerja Sebelum dan Sesudah Bekerja pada IntensitasPenerangan dibawah Standar di Ruangan Office PT. Buma Jobsite Adaro. [Skripsi].Universitas Sebelas Maret; 2010. Fayza Nawang Darma PutraRezania AsyfiradayatiPerformance is a measuring tool for achieving organizational goals. There are several elements that affect employee performance, including lack of commitment, lack of desire, lack of discipline, and the heavy workload given by the employer. factors affecting employee performance. The factors that influence performance are individual factors, psychological factors and organizational environmental factors. Work facilities and company rules including overtime here are very important so that employees feel comfortable at work including avoiding work fatigue. This study aims to identify factors related to employee performance at PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. In this study using purposive sampling method. There is a significant relationship between age and the performance of employees in the yarn production department at Indah Printing Textile Surakarta. There is a significant relationship between gender and the performance of employees in the yarn production department at PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. There is no relationship between length of service and employee performance in the yarn production department at PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. There is a significant relationship between work fatigue and the performance of employees in the yarn production section at Indah Printing Textile HubaybahM Ichbat Fadli Azim Budi AswinIsmi Nurwaqiah IbnuWork fatigue is a problem that must be prioritized, work fatigue is the second contributor to the number of work accidents after traffic accidents. The high number of informal workers allows high accidents in the purpose of this study is to discuss the factors that influence fatigue in informal sector workers. This research is a descriptive study with a systematic review method. The literature search strategy uses a prism flow chart, and inclusion and exclusion criteria. The databases used include PubMed, DOAJ, Science Direct, Taylor and Francis, and Google Scholar. Of the 25 articles, all of them used cross-sectional research. The average type of informal work obtained from the 25 articles is labor. Overall, the journal articles obtained discuss the factors that affect work fatigue in informal sector workers. Age, nutritional status, workload were found to affect work fatigue in informal sector workers. Meanwhile, working period, working hours and work environment were not found to be related to the incidence of CTS in informal sector Elviany SabaruddinZahroh AbdillahKelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Tujuan penelitian ini adalah diketahui persentase kelelahan kerja tinggi dan dibuktikan adanya hubungan kelelahan kerja perawat dengan asupan energi,beban kerja fisik, pencahayaan, psikososial dan masa kerja di RSIA Kenari Graha Medika Cileungsi Bogor tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh karyawan RSIA Kenari Graha Medika Cileungsi Bogor yang berjumlah 154 orang dan yang menjadi sampel yaitu perawat berjumlah 35 orang dan pengambilan sampel dilakukan secara purposive. Melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner dari International Fatigue Research Commite IFRC untuk mendapatkan data kelelahan kerja, kuesioner untuk mendapat kandata psikososial, asupan kalori dikumpulkan dengan melakukan metode food recall- 24 jam, pengukuran beban kerja fisik dengan stop watch dan pengukuran intensitas pencahayaan dengan lux meter. Uji statistic untuk menganalisis korelasi antara variable independen dan variable dependen menggunakan uji chi square. Hasil penelitian ini membuktikan adanya hubungan yang bermakna antara kelelahan kerja dengan beban kerja, pencahayaan dan psikososial. Beberapa saran bagi rumah sakit diantaranya menyesuaikan jumlah ketenagakerjaan perawat sesuai metode perhitungan seperti Metode Gillies, memberikan tunjangan atau insentif kepada perawat sesuai kebijakan rumah sakit, memberikan reward bagi perawat teladan serta mengganti dan melakukan perawatan pada lampuKata kunci Kelelahan Kerja, Asupan Energi, Beban Kerja Fisik ABSTRACTFatigue is a mechanism for protecting the body to avoid further damage resulting in recovery after rest. The purpose of this study is to know the percentage of high work fatigue and proven thecorrelation in nurse work fatigue based on energy intake,physical workload, lighting, psychosocial and years of work at RSIA Kenari Graha Medika Cileungsi Bogor in 2019. This research was quantitative analytical with cross-sectional population was the entire employee of RSIA Kenari Graha Medika Cileungsi Bogorwas 154 employees and samplewas35 nurses that taken by purposive sampling method. The work fatigue data were gathered by conducting interviews by using questionnaires from International Fatigue Research Commite, using questionnaires to get psychosocial data, the calory intake data were gathered by conducted a food recall 24 hours method, physical workload measurements with stopwatch and lighting intensity measurements with lux meter. A statisctic test was used to analyze the correlation between independent variables and dependent variable is chi square test. The results of this study prove that there were significant differences in work fatigue based on workload, lighting and psychosocial. Some suggestions for hospitals include adjusting the number of nurses in accordance with calculation methods such as the Gillies Method, providing benefits or incentives to nurses according to hospital policies, giving rewards to exemplary nurses and replacing and maintaining Work Fatigue, Energy Intake, Physical WorkloadPekerja Nursery merupakan kelompok kerja yang berisiko tinggi terhadap keluhan MSds. Pola kerja yang tidak benar, fasilitas kerja yang tidak sesuai, dan faktor lingkungan kerja yang kurang mendukung, Akan berdampak terhadap produktivitas, efisiensi dan efektivitas pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Data dari Bureau of Labor Statistics USA 2015 Gangguan Musculuskeletal MSDs, seperti keseleo atau ketegangan akibat kegiatan berlebihan. Mengangkat menyumbang 31% kasus dari total kasus untuk semua pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko ergonomi kerja dan keluhan ototo kuesioner NBP pada pekerja nursery di Jenis Penelitian ini adalah Deskriptif dengan cara observasi secara langsung. Sampel Penelitian ini sebanyak 46 pekerja dengan dilakukan teknik total sampling. Hasil Penelitian Menunjukkan Frekuensi janggal > 2x/menit sebesar 41 orang 89,1%, Normal≤ 2x/menit sebesar 5 orang. Durasi janggal > 10 detik sebesar 26 orang 56,5%, ≤ 10 detik sebesar 20 orang 43,5%. Tingkat Keluhan MSDs Rendah 29-49 14 orang 30,4%, Sedang 50-70 18 orang 39,1%, tinggi 71-91 12 orang 26,1%, sangat tinggi 92-112 2 orang 4,3%. Tingkat Risiko Postur kerja,Normal 2 orang 4,3%, Sedang 17 orang 37%, Tinggi 9 orang 19,6% dan Sangat Tinggi 18 orang 39,1%. Disarankan kepada perusahaan untuk dilakukan perbaikkan peralatan kerja dan merancang desain stasiun kerja yang lebih Ida y YunusAriana SumekarNur AnisahKelelahan kerja merupakan permasalahan yang umum di tempat kerja yang sering kita jumpai pada tenaga kerja. Hasil penelitian masih ditemukan kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor kelelahan. Hal ini masih di sebabkan beberapa hal, diantaranya sikap kerja berdiri yang tidak ergonomis serta beban kerja fisik yang berlebihan. Apabila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan kecelakaan pada pekerja itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap kerja berdiri dan beban kerja fisik dengan kelelahan kerja pada pekerja dibagian produksi Pabrik Kayu Lapis Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik Kayu Lapis Yogyakarta. Sampel diambil dengan metode purposive samplingdengan jumlah sampel 67 pekerja. Pengambilan data dengan mengukuran denyut nadi, kuesioner dan lembar observasi Rapid Entry Body Assesment REBA. Data diolah dan dianalisis menggunakan uji kolerasi spearman rank dengan tingkat kemaknaan p<0,05. Hasil penelitian didapatkan bahwa sikap kerja berdiri pekerja dibagian produksi Pabrik Kayu Lapis Yogyakarta yang memiliki risiko sedang 19,4%, tinggi 77,6% dan sangat tinggi 3,0%. Beban kerja fisik pekerja dibagian produksi Pabrik Kayu Lapis Yogyakarta yang memiliki beban kerja fisik rendah sebanyak 76,1% dan sedang sebanyak 23,9%. Kelelahan kerja pekerja dibagian produksi Pabrik Kayu Lapis Yogyakarta yang memiliki kategori lelah 46,3% dan sangat lelah 53,7%. Kesimpulannya tidak ada hubungan antara sikap kerja berdiri dengan kelelahan kerja pada pekerja dibagian produksi Pabrik Kayu Lapis Yogyakarta p=0,823. Ada hubungan antara beban kerja fisik dengan kelelahan kerja pada pekerja dibagian produksi Pabrik Kayu Lapis Yogyakarta p=0,003Bobby GunturGunawan Madyono PutroKeselamatan dan kenyamana kerja merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, salah satunya adalah pencahayaan ruangan. Intensitas cahaya adalah banyaknya cahaya ada pada suatu luas permukaan, merupakan aspek lingkungan fisik yang sangat penting untuk keselamatan dan kenyamanan kerja. Dalam penelitian ini menggunakan metode ergonomi dengan tujuan menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh menteri kesehatan pada tiap area sesuai dengan jenis kegiatan yang ada. Pengambilan data menggunakan alat pengukur cahaya yaitu luxmeter dan menentukan tingkat pencahayaan ruangan yang standar sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Dari hasil pergukuran langsung intensitas cahaya pada masing-masing area produksi dengan menggunakan luxmeter bahwa area produksi mendapatkan pencahayaan yang tertinggi yaitu 236 lux, namun masih tidak sesuai standar yang di tentukan oleh menteri kesehatan yaitu 300 lux. Oleh karena itu intensitas cahaya diseluruh area produksi untuk saat ini masih kurang baik bagi keamanan dan kenyamanan pekerja. Untuk meningkatkan intensitas cahaya pada area produksi agar dapat memenuhi standar pencahayaan yaitu 300 lux maka setiap area produksi diperlukan penambahan jumlah lampu atau penggantian jenis lampu di setiap area MaharjaNurses are working with high expectation, especially nurses at inpatient care unit are. They are to always be ready to provide health treatment to the patients for 24 hours for 7 days. This high expectation may affect and inflicting fatigue on them. Work fatigue is a condition of activity, motivation and physical exhaustion. If nurses don’t take a rest, it can accumulated work fatigue eventually drops the health condition of the nurse off. This research aims to analyze level of work fatigue based on physical workload of the nurses in Inpatient Care Unit of RSU Haji Surabaya. This observational descriptive study applied cross-sectional study design. The research was conducted nurses at ward IIIC and IVC. The respondents are 27 nurses with following the criteria of this. The research applied Kruskal Wallis test to find out the variety of the work fatigue level based on physical workload and Spearman correlation test to find out the relationship between physical workload and work fatigue. The result showed that several characteristics of most of the respondents were aged between 30 and 49 years old, female, had been working for more than 5 years, married, normal nutritional status, and low calorie intake. The result also showed the average workload and the nurses might experience moderate work fatigue. The result of inter-variables correlations indicated there were correlation between physical workloads and work fatigueand there are varieties of the work fatigue based on the physical workload. Keywords nurse, physical workload, work fatigueRahmad Hidayat DongkaAbstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1 implementasi K3 dilihat dari sisi kondisi fisik laboratorium, 2 impelentasi K3 dilihat dari pengunaan peralatan praktek. Penelitianiniadalahpenelitian laboratorium dan analisis deskriptif. Hasilpenelitianmenunjukkanbahwa1 kondisi fisik laboratorium praktek instalasi listrik SMKN 2 Luwu dan SMKN 6 Luwu termasuk dalam kategori Kurang berdasarkan indikator pencahyaan suhu ruangan, kondisi ruangan, 2 pengunaan peralatan praktek instalasi listrik SMKN 2 Luwu dan SMKN 6 Luwu termasuk dalam kategori kurang, indikator persiapan, pengambilan, pengunanan, penyimpanan, perawatan. Kata KunciLaboratorium,Peralatan PraktekThe discomfort of work environment which is caused by temperature will affect a worker to complete his or her job. For lack of attention to work place adjusment, position, and work equipment will certanly cause problems dealing with occupational desease. Job that have a need of accuracy without unequal to lighting, have the impact to eye fatigue. This study was aimed to find out the relationship of attitude to work, lighting, and temperature towards work fatigue and eye fatigue at tailors in Kampung Solor Kupang 2017. The type of this research was an analytic survey with cross sectional approach. The number of population was 34 tailors with the total sample 34 tailors who spread in 16 of stitch. In analising the data, the researcher used chi square with significant correlation to work fatigue, p value =0,011. Work attitude had significant correlation to eye fatigue with p value=0,037, lighting had no significant correlation to work fatigue with p value=0,683, lighting had correlation with eye fatigue p value =0,045, temperature had significant relation to work fatigue by p value=0,023 and it had no correlation to eye fatigue by p value =0, Kerja pada Pekerja Konstruksi Informal di Kelurahan " X " Kota SamarindaI M RamdanH N HandokoRamdan IM, Handoko HN, Mulawarman. Kecelakaan Kerja pada Pekerja Konstruksi Informal di Kelurahan " X " Kota Samarinda. Media Kesehat Masy Indones. 2016;121 From Overworking" Claims Hit Record High in Japan. The TelegraphD DemetriouDemetriou D. "Death From Overworking" Claims Hit Record High in Japan. The Telegraph. Japan Tokyo; Kecelakaan Kerja Cenderung Meningkat, BPJS Ketenagakerjaan Bayar Santunan Rp1,2 Triliun. Jakarta Departemen Tenaga Kesehatan KerjaBpjs KetenagakerjaanBPJS Ketenagakerjaan. Angka Kecelakaan Kerja Cenderung Meningkat, BPJS Ketenagakerjaan Bayar Santunan Rp1,2 Triliun. Jakarta Departemen Tenaga Kesehatan Kerja; 2019.Iklimmikro dipengaruhi oleh faktor-faktor: - Orientasi bangunan - Ventilasi (lubang-lubang pembukaan di dalam ruang untuk masuknya penghawaan) - Sun shading (penghalang cahaya matahari) - Pengendalian kelembaban udara - Penggunaan bahan-bahan bangunan - Bentuk dan ukuran ruang - Pengaturan vegetasi DAFTAR PUSTAKAFaktor cuaca dan iklim turut menentukan pada pekerjaan konstruksi karena...... 1. Faktor cuaca dan iklim turut menentukan pada pekerjaan konstruksi karena...... 2. Faktor cuaca dan iklim turut menentukan pada pekerjaan konstruksi karena3. faktor cuaca dan iklim turut menentukan pada pekerjaan konstruksi karena4. faktor cuaca iklim turut menentukan pada pekerjaan konstruksi karena5. sebutkan faktor - faktor cuaca dan iklim?6. Faktor cuaca dan iklim turut menentukan pada pekerjaan kontruksi karena7. faktor yang mempengaruhi iklim dan cuaca8. cuaca dan iklim tidak dibentuk oleh faktor9. bagaimana sistematikanya dalam menentukan perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu dan sering berubah-ubah?10. apa saja faktor yang memengaruhi iklim dan cuaca?11. cuaca dan iklim tidak di bentuk oleh faktor12. faktor-faktor cuaca/iklim?13. Bagaimana caranya dalam menentukan perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu dan berubah-ubah14. Faktor-faktor pembentukan cuaca dan iklim !15. Faktor cuaca iklim turut menentukan pada pekerjaan kontruksi karena? Jwb yg bener donk Soalnya jawabanya ngk ad di buku16. sebutkan 4 unsur cuaca yang sangat menentukan jenis cuaca iklim kecil dan iklim besar17. bagaimana awan dapat menentukan cuaca dan iklim suatu daerah18. faktor-faktor pembentukan cuaca dan iklim...19. Apakah faktor yang mempengaruhi iklim dan cuaca 20. Cuaca dan iklim tidak dibentuk oleh faktor 1. Faktor cuaca dan iklim turut menentukan pada pekerjaan konstruksi karena...... Jawabankarena jika cuaca mendukung seperti panas atau sejuk kegiatan konstruksi dapat dilakukan dengan baik namu jika cuaca dan iklim tidak mendukung seperti saat musim hujan makan pekerjaan akan terkendalamaaf kalau salah 2. Faktor cuaca dan iklim turut menentukan pada pekerjaan konstruksi karenaJawabankarena jika iklim dan cuaca buruk maka pekerjaan konstruksi akan ikut terlambat namun sebaliknya jika iklim dan cuaca baik maka pekerjaan konstruksi akan cepat selesai 3. faktor cuaca dan iklim turut menentukan pada pekerjaan konstruksi karenaJawabankarena pekerjaan konstruksi menghasilkan banyak polusi dan debu Penjelasanmaaf kalo salah ╭┈┈┈┈╯ ╰┈┈┈╮ ╰┳┳╯ ╰┳┳╯ ╰┈┈╯ ╭━━━━━╮ 4. faktor cuaca iklim turut menentukan pada pekerjaan konstruksi karenaJawabanFaktor cuaca ternyata juga berpengaruh terhadap Pekerjaan konstruksi, Mengapa demikian? KarenaIklimBerupaMusimHujanyangberlebihandapat mengakibatkanstruktur tanahmenjadibasahdan tidaklabilyangmengakibatkanTanahbisasajabergeserkapansajadanituberdampakburukkepadaRumahdisekitarnyaSemoga bermanfaat dan membantu ya kak.. 5. sebutkan faktor - faktor cuaca dan iklim? Faktor2 yang memengaruhi cuaca dan iklim 1 suhu.2 tekanan udara.3 Angin.4 Kelembapan udara.5 Curah hujan.^^glad to help^^temperatur dan suhutekanan udarakelembaban udaraangincurah anginarah dan kecepatan angin 6. Faktor cuaca dan iklim turut menentukan pada pekerjaan kontruksi karenaJawabanKarena jika iklim dan cuaca buruk maka pekerjaan konstruksi akan ikut terlambat namun sebaliknya jika iklim dan cuaca baik maka pekerjaan konstruksi akan cepat selesai PenjelasanJadiin jawaban tercerdas y ak butuh soalnya Jng lupa follow JawabanMempengaruhi kondisi tanah yang menyebabkan tanah tidak stabilPenjelasanJadikanjawaban terbaik/Jawabantercedas"NoMaksa"SEMOGA BERMANFAATYou have to be enthusiastic, even if you just study at homeJangan lupa untuk follow ya teman-teman 7. faktor yang mempengaruhi iklim dan cuaca Suhu, kelembapan, dan letak geografis. Maap kalo salah & sedikit jwbannya 8. cuaca dan iklim tidak dibentuk oleh faktorbentuk atau relief permukaan bumi .YOYOYOYOYOYOAHHAAPAKABARSuhu udara, letak astronomis, relief/ketinggian tempat, kondisi geografis lautan/pegunungan, cahaya matahari, pergerakan anginJaganlupalikekomenandfollowmybrainlyiniyaa 9. bagaimana sistematikanya dalam menentukan perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu dan sering berubah-ubah?Jawabanmelewati garis khatulistiwa atau tidak?.Penjelasanjika negara tersebut melewati garis khatulistiwa maka beriklim tropis. sedangkan jika negara itu tidak melewati garis khatulistiwa maka negara tersebut beriklim KALAU SLH JADIKAN YG TERBAIK 10. apa saja faktor yang memengaruhi iklim dan cuaca? Suhu, ketinggian tempat, arah mata angin, tekanan udaraletak geografi daerah tsb, juga kepedulian org2 dhn lingkungannya, curah hujan, n tekanan udar, ketingguan, dll. 11. cuaca dan iklim tidak di bentuk oleh faktorfaktor alammaaf kalo salah 12. faktor-faktor cuaca/iklim? suhu, curah hujan, lamanya penyinaran matahari, kemiringan sudut datang sinar antara cuaca dengan iklim tidaklah jauh berbeda. Karena, cuaca adalah keadaan udara dalam wilayah yang sempit dan dalam waktu yang singkat. Sedangkan iklim adalah kumpulan informasi dari cuaca yang pada akhirnya memberikan informasi mengenai keadaan rata-rata cuaca dalam waktu satu tahun. berikut faktor cuaca/ iklim 1. letak garis lintang2. letak tinggi tempat3. pengaruh daratan yang luas4. lokasi daerah seperti dekat laut, dekat danau, dan daerah padang daerah pegunungan6. suhu udara dan awan7. banyak sedikitnya curah hujan8. pengaruh arus laut10. pengaruh topografi dan vegetasi11. kelembapan udara dan awan. 13. Bagaimana caranya dalam menentukan perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu dan berubah-ubahJawabanmelewati garis khatulistiwa atau tidak?.Penjelasanjika negara tersebut melewati garis khatulistiwa maka beriklim tropis. sedangkan jika negara itu tidak melewati garis khatulistiwa maka negara tersebut beriklim subtropis 14. Faktor-faktor pembentukan cuaca dan iklim !JawabanFaktor-faktor pembentukan cuaca dan iklim pengaruhi oleh sebuah keadaan alam jika angin campur hujan maka akan terjadi badai , sebaliknya bila angin aja yang kencang akan terjadi puting beliung, intinya pembentukan cuaca dan iklim di pengaruhi oleh keadaan alam. ____________________Belajarbersamabrainly____________________Jawaban - Suhu. - Kelembapan udara. - Tekanan udara. - Angin. - Presipitasi. - membantu Jawabaniklim berpengaruh pada suatu pekerjaan 16. sebutkan 4 unsur cuaca yang sangat menentukan jenis cuaca iklim kecil dan iklim besarJawaban•Radiasi matahari. radiasi yg dipancarkan matahari walaupun hanya sebagian kecilyg terima permukaan bumi merupakan sumber energi utama untuk peroses2 fisika at moster contohnya Suhu udara tekanan udara angin kelembapan udara awan hujan .PenjelasanJadikanjawabanygterbaikya 17. bagaimana awan dapat menentukan cuaca dan iklim suatu daerahJawabanBerbagai bentuk dari awan membawa karakteristik cuaca yang berbeda-beda. Misalnya, awan kumulonimbus dapat menyebabkan hujan badai. Awan nimbus yang berwarna kehitaman mengakibatkan terjadinya hujan. Tutupan awan juga berpengaruh terhadap suhu suatu tempat. Tutupan awan yang sedikit menyebabkan penyinaran oleh Matahari tidak terhalangi sehingga mengakibatkan cuaca yang cerah. Atau sebaliknya, tutupan awan yang memenuhi langit menyebabkan cuaca Jadikan jawaban terbaik yaa! Salam dari OreoCaramel14"Bagaimana awan dapat menentukan cuaca dan iklim suatu daerah ?"Awan dapat menentukan cuaca dan iklim dapat dilihat dari beberapa faktor, yaituKeadaan awanHal tersebut karena awan dapat menghalang proses radiasi matahari, dan dapat menyebabkan terganggunya proses siklus hidrologi membentuk dan suhuPenyinaran radiasi matahari akan menyebabkan proses evaporasi yang terjadi di wilayah lautan, hal tersebut akan menyebabkan kondensasi uap air membentuk awan. Sehingga dapat disimpulkan bahwaApabila uap air yang ditampung banyak/sedikit akan dapat mempengaruhi fenomena cuaca, seperti hujan, dan fenomena iklim, akibat dari bentuk permukaan bumi yang mempunyai topografi wilayah yang berbeda.[tex]\bigstar\\boxed{\boxed{\bold{Shiba's\Solver}}}\\bigstar[/tex] 18. faktor-faktor pembentukan cuaca dan iklim... faktor pembentukan cuaca dan iklim-suhu-tekanan udara-kelembapan udara 19. Apakah faktor yang mempengaruhi iklim dan cuaca mungkin berputarnya bumi..tpi bnyak faktor yng mempenaruhi iklim dan angin, awan, suhu, kelembapan, dan sinar matahari 20. Cuaca dan iklim tidak dibentuk oleh faktorJawabana. bentuk atau relief permukaan bumib. suhu udarac. kelembapan udarad. tekanan udaraPenjelasan19 Nelayan besar di wilayah Asia dengan mencari ikan di laut menggunakan alat dan memiliki faktor-faktor yang akan mempengaruhi interaksi yaitu. A. Faktor geologis B. Faktor sumber daya C. faktor iklim D. faktor teknologi Jawab: C. 20. Salah satu bentuk kerja sama politik antara negara-negara ASEAN adalah. A. Konstruksi pupuk urea di Malaysia
Abstract Risiko hujan menimbulkan kendala pada proyek konstruksi yang dapat menyebabkan adanya kehilangan waktu kerja. Pada umumnya, klausul kontrak memberikan kompensasi berupa perpanjangan waktu untuk kondisi cuaca yang tidak normal dan tidak dapat diantisipasi sebelumnya. Meskipun demikian, hal tersebut tidak menghalangi kontraktor untuk menjadikan kehilangan waktu kerja akibat hujan sebagai salah satu penyebab keterlambatan proyek untuk memperoleh perpanjangan waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketentuan kontrak tentang risiko hujan, dampak risiko hujan terhadap pekerjaan konstruksi, dan kendala yang disebabkan oleh hujan pada proyek kontruksi. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada pemilik dan kontraktor yang berada di Surabaya. Hasil yang diperoleh diolah dengan Microsoft Excel. Hasil penelitian menunjukkan di dalam kontrak jarang terdapat klausul khusus yang mengatur tentang risiko hujan. Kontraktor dan pemilik proyek telah mengetahui adanya risiko hujan dari tahap perencanaan. Kontraktor memiliki persiapan agar pelaksanaan proyek tidak terganggu oleh adanya kehilangan waktu kerja akibat hujan. Kontraktor dan pemilik proyek menyatakan bahwa pekerjaan dengan dampak risiko hujan yang besar adalah pekerjaan basement dan kendala akibat hujan yang paling sering terjadi adalah berkurangnya produktivitas tenaga kerja. Dengan demikian, pengaturan risiko hujan dalam kontrak dapat diterapkan pada jenis proyek yang memiliki dampak risiko hujan yang besar untuk menghindari perselisihan kontraktor dengan pemilik proyek.
BagiAnda yang sedang mencari membran bakar dan berencana memasang membran bakar. Anda berada di tempat yang tepat. JUAL MEMBRAN di Kota Dupak,Surabaya|Telp : 082 136 369 988,Hello untuk Anda yang sedang mencari jasa anti kebocoran atau waterproofing khususnya di waterproofing coating, Hubungi Kami sekarang dan dapatkan harga spesial serta garansi
JawabanFaktor cuaca ternyata juga berpengaruh terhadap Pekerjaan konstruksi, Mengapa demikian? Karena Iklim Berupa Musim Hujan yang berlebihan dapat mengakibatkan struktur tanah menjadi basah dan tidak labil yang mengakibatkan Tanah bisa saja bergeser kapan saja dan itu berdampak buruk kepada Rumah di sekitarnyaSemoga bermanfaat dan membantu ya kak..
40LS-66,5°LS), dan kutub (66,5°LU-90°LU dan 66,5°LS-90°LS). PENDIDIKAN FISIKA LINGKUNGAN 99. A. Perubahan Iklim. Perubahan Iklim adalah perubahan pola perilaku iklim dalam kurun waktu. tertentu yang relatif panjang (sekitar
Waktu menjadi pertimbangan pada setiap tahap pekerjaan dalam proyek konstruksi. Peristiwa keterlambatan sering terjadi pada berbagai pekerjaan konstruksi. Berbagai faktor mempengaruhi waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Selanjutnya faktor tersebut berkontribusi terhadap waktu pelaksanaan. Penelitian ini menstudi secara mendalam urutan faktor penyebab keterlambatan pekerjaan konstruksi. Daftar faktor-faktor keterlambatan dikumpulkan dari berbagai sumber literatur dan pengalaman. Setelah melakukan penyaringan maka dihasilkan 6 kategori dan 57 faktor keterlambatan berturut turut 1 tenaga kerja 13 faktor; 2 bahan 5; 3 peralatan 7; 4 karakteristik lokasi 10; 5 manajerial 16; dan 6 keuangan6. Faktor-faktor ini disusun ke dalam daftar kuesioner terstruktur yang selanjutnya diisi oleh responden menurut kecenderungan persepsi mereka. Jumlah responden sebanyak 34 dan sudah berpengalaman. Ada 5 skala persepsi tidak berpengaruh diberi nilai 1, kurang berpengaruh 2, sedang 3 berpengaruh 4, sangat berpengaruh 5. Penyebaran melalui tatap muka dan google form. Data terkumpul untuk menentukan rangking faktor menggunakan analisa nilai rata rata berdasarkan nilai besar ke kecil. Untuk menguji keandalan dan validitas data dilakukan uji Cronbach alpha. Hasil olahan data berdasarkan kategori penyebab keterlambatan diperoleh urutan bahan; tenaga kerja; manajerial; karakteristik tempat; keuangan dan peralatan. Sementara 3 faktor tertinggi meliputi pengiriman bahan B1; kurang koordinasi dengan pengawas A10 dan keperluan penghitungan material E4. Penting bagi kontraktor yang mendapatkan pekerjaan di kawasan cikarang dan di tempat lainnya memperhatikan 3 faktor utama yang berkontribusi terhadap terjadinya keterlambatan pada pekerjaan bangunan industri. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free e-Journal CENTECH 2020 Vol. 2 No. 1 April 2021 hlm 1-11. ISSN 2722-0230 Online FAKTOR-FAKTOR PENENTU UTAMA KETERLAMBATAN PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI PABRIK STUDI KASUS PABRIK KAWASAN CIKARANG Mardiaman1, Indriasari2 1Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tama Jagakarsa Email mardi240967 2 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana indriasari Masuk 27-03-2021, revisi 19-04-2021, diterima untuk diterbitkan 30-04-2021 ABSTRAK Waktu menjadi pertimbangan pada setiap tahap pekerjaan dalam proyek konstruksi. Peristiwa keterlambatan sering terjadi pada berbagai pekerjaan konstruksi. Berbagai faktor mempengaruhi waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Selanjutnya faktor tersebut berkontribusi terhadap waktu pelaksanaan. Penelitian ini menstudi secara mendalam tentang urutan faktor penyebab keterlambatan pekerjaan konstruksi. Daftar faktor-faktor keterlambatan dikumpulkan dari berbagai sumber literatur dan pengalaman. Setelah melakukan penyaringan maka dihasilkan 6 kategori dan 57 faktor keterlambatan berturut turut 1 tenaga kerja 13 faktor; 2 bahan 5; 3 peralatan 7; 4 karakteristik lokasi 10; 5 manajerial 16; dan 6 keuangan 6. Faktor-faktor ini disusun ke dalam daftar kuesioner terstruktur yang selanjutnya diisi oleh responden menurut kecenderungan persepsi mereka. Jumlah responden sebanyak 34 dan sudah berpengalaman. Ada 5 skala persepsi tidak berpengaruh diberi nilai 1, kurang berpengaruh 2, sedang 3 berpengaruh 4, sangat berpengaruh 5. Penyebaran melalui tatap muka dan google form. Data terkumpul untuk menentukan rangking faktor menggunakan analisa nilai rata rata berdasarkan nilai besar ke kecil. Untuk menguji keandalan dan validitas data dilakukan uji Cronbach alpha. Hasil olahan data berdasarkan kategori penyebab keterlambatan diperoleh urutan bahan; tenaga kerja; manajerial; karakteristik tempat; keuangan dan peralatan. Sementara 3 faktor tertinggi meliputi pengiriman bahan B1; kurang koordinasi dengan pengawas A10 dan keperluan penghitungan material E4. Penting bagi kontraktor yang mendapatkan pekerjaan di kawasan cikarang dan di tempat lainnya memperhatikan 3 faktor utama yang berkontribusi terhadap terjadinya keterlambatan pada pekerjaan bangunan industri. Kata kunci kategori; faktor keterlambatan; industri pabrik; rata-rata; ranking. ABSTRACT At every stage of a construction project, time is a factor. Delays are common in construction projects. The timing of construction projects is influenced by a number of factors. Furthermore, these factors contribute to the length of time required for implementation. The sequence of factors that cause delays in construction work is examined in depth in this study. The list of delay factors compiled from various sources. Following the screening, the following 6 categories and 57 factors of tardiness were generated in order 2 ingredients 5; 3 equipment 7; 4 location characteristics 10; 5 managerial 16; and 6 finance 6. These factors were arranged into a structured questionnaire list, which respondents filled out based on their perception trends. A total of 34 people responded to the survey. The Cronbach alpha test was used to test the reliability and validity of the collected data, which was used to determine the factor ranking using average value analysis based on large to small values. The data was processed in the following order based on the categories of the delay's causes ingredients; labor; managerial; location characteristics; finance; and equipment. Meanwhile, material delivery B1, a lack of coordination with supervisors A10, and the need for material counting are the three most important factors E4. Contractors looking for work in Cikarang and elsewhere should be aware of three major factors that cause delays in industrial construction projects. Keywords category; tardiness factor; factory industry; average; ranking. 1. PENDAHULUAN Pekerjaan konstruksi sifatnya sangat tidak pasti. Waktu selesainya setiap item pekerjaan dalam lingkup proyek bisa cepat dan lambat. Keterlambatan pekerjaan konstruksi menyebabkan kerugian pada pemilik dan kontraktor. Ada berbagai sumber, kategori dan faktor yang berkontribusi sebagai penyebab terjadinya keterlambatan. Faktor penyebab keterlambatan Mardiaman, Indriasari, Faktor-Faktor Penentu Utama Keterlambatan Pada Pekerjaan Konstruksi Pabrik Studi Kasus Pabrik Kawasan Cikarang pada berbagai pekerjaan konstruksi sudah banyak dibahas diantaranya pada pekerjaan air bawah tanah Frimpong, Oluwoye, & Crawford, 2003; infrastruktur Asmi & Pratama, 2016, bangunan gedung Handayani, Frederika, & Wiranata, 2013, jalan Remon F. Aziz & Abdel-Hakam, 2016; bangunan industri Farooqui & Umer, 2012a. Penyebab keterlambatan yang ada akan berbeda-beda menurut jenis, fungsi, ukura dan kompleksitas pekerjaan konstruksi. Faktor-faktor penyebab keterlambatan pada proyek pelaksanaan kawasan pabrik mempunyai phenomena tersendiri Wirabakti, Abdulah dan Maddeppungeng 2014; Asmi & Pratama, 2016; Hassan, Mangare, & Pratasis, 2016; Sulaiman, 2017. Penyebab keterlambatan dapat berasal dari pihak kontraktor, sub kontraktor, konsultan dan pemilik Almutairi, 2016. Sehingga komunikasi diantara pihak-pihak ini mendapat perhatian yang penting. Penempatan tenaga kerja sesuai dengan kompetensi dari pihak terkait harus tepat. Berbagai metode penentuan rangking penyebab keterlambatan pekerjaan konstruksi sudah dilakukan seperti metode relative importance index RII dan dampak kritisnya dengan korelasi oleh Gebrehiwet & Luo, 2017; Almutairi, 2016; Farooqui & Umer, 2012b; analisis reliabilitas, validitas dan analisis frequency index Sulaiman, 2017. Indeks rata-rata Al-Emad, Abdul Rahman, Nagapan, & Gamil, 2017 Kawasan Cikarang–EJIP East Java Interantional Plan merupakan kawasan industri yang terus berkembang dengan tingkat pengembangan industri yang terus bertambah. Pada kawasan tersebut diproduksi bermacam-macam produk seperti kawat baja pra-tekanan dan helai, kawat baja, kawat baja dan helai baja galvanis, batang dan kabel aluminium. Pabrik berlokasi di Lippo Cikarang Industrial Estate dengan luas lahan ± 49,729 m². Komposisi bangunan yang ada di kawasan Industri sebesar 68%, apartemen 18% dan perkantoran 15%. Kondisi kawasan gambar 1. Melihat banyak dan kompleksnya pembangunan pada kawasan industri mengakibatkan pelaksanaan pekerjaan diperkirakan terlambat. Penelitian untuk mengetahui faktor apa yang menjadi penyebab utama keterlambatan pada pembangunan Pabrik di di kawasan Cikarang perlu dilakukan. e-Journal CENTECH 2020 Vol. 2 No. 1 April 2021 hlm 1-11. ISSN 2722-0230 Online Proyek Konstruksi Tahap kegiatan konstruksi secara umum meliputi 1 perencanaan, 2 pengorganisasian, 3 pelaksanaan, pengendalian. Hassan et al., 2016. Proyek konstruksi bersifat tidak pasti dan memerlukan sumber daya. Ketersediaan sumberdaya bahan, peralatan, tenaga kerja dan pendanaan harus tersedia dalam jumlah dan waktu yang tepat. Sumber daya bahan menyerap kira-kira 50-70% dari biaya total proyek, manusia, peralatan sebesar 10,317% untuk bangunan bertingkat Mardiaman, 2020b dan uang. Pendanaan berasal dari swasta, pemerintah atau gabungan keduanya. Uang digunakan untuk pengadaan sumber daya menurut item kegiatan yang sudah dijadwalkan sesuai penentuan progres rencana. Rencana kegiatan sudah disepakati oleh pihak terkait. Kesuksesan pekerjaan konstruksi sangat bergantung pada kinerja keuangan kontraktor Mardiaman, 2020a. Kategori bahan mencakup bahan rekayasa dan bahan curah, bahan permanen, bahan sementara. Pemilihan bahan dan alat bergantung pada fungsi dan jenis konstruksi, kebutuhan pemilik. peraturan, lokasi, dana yang tersedia. Proyek konstruksi dikategorikan1 konstruksi gedung, rekayasa berat, industri pabrik. Rangkaian kegiatan konstruksi hanya satu kali, ada waktu awal dan akhir kegiatan. Dampak Keterlambatan Proyek Evaluasi terhadap jadwal waktu mutlak dilakukan pada saat pelaksanaan konstruksi. Penyesuaian dilakukan jika perlu untuk mengakomodasi perubahan, Tujuannya untuk mengatasi sinkronisasi apa yang sudah disiapkan dan target progres, sehingga keterlambatan dapat dikurangi Hassan et al., 2016. Jadwal konstruksi awal mengacu pada yang sudah disiapkan sebelum pekerjaan dimulai dan disetujui oleh pemilik. Le-Hoai, Lee, & Lee, 2008 menyatakan bahwa keterlambatan merupakan penambahan waktu di luar tanggal yang disepakati dalam kontrak atau yang disepakati pihak-pihak yang terlibat dalam proyek. Keterlambatan merupakan peristiwa bertambahnya waktu yang diperlukan. Berbagai konsekuensi keterlambatan meliputi terjadi klaim perpanjangan waktu, kompensasi moneter atau keduanya. Keterlambatan berdampak pada perencanaan awal, masalah finansial. Selanjutnya dampak keterlambatan pada pemilik meliputi hilangnya keuntungan dari fasilitas yang dibangun, sedangkan bagi kontraktor adalah hilangnya peluang menggunakan sumber dayanya ke proyek lain, meningkatnya biaya tidak langsung. Keterlambatan menyebabkan kerugian. Bagi pemilik, keterlambatan menimbukan hilangnya pendapatan dari bangunan yang harusnya sudah bisa digunakan. Selanjutnya bagi kontraktor, keterlambatan proyek berarti bertambahnya biaya overhead karena perpanjangan waktu pelaksanaan. Dalam hal ini mungkin ada kenaikan biaya sumber daya tenaga kerja, peralatan. Selain itu terjadi pengurangan modal kontraktor, yang seharusnya dapat digunakan untuk proyek lain. Bagi konsultan, keterlambatan akan menyebabkan hilangnya waktu. Penundaan menyebabkan konsultan akan terhambat dalam merencanakan proyek lain. Lebih jauh Alifen, Setiawan, & Susanto, 2000 berpendapat bahwa dampak dari keterlambatan proyek menimbulkan kerugian pada pihak kontraktor, konsultan, dan pemilik. Terakhir Aziz, 2015 menjelaskan akibat umum keterlambatan 1 penyelesaian proyek terlambat, 2 biaya meningkat, 3 terganggunya pekerjaan, 4 berkurangnya produktivitas, 5 tuntutan pihak ketiga, 6 penolakan hasil kerja, 7 pemutusan kontrak Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Pekerjaan Konstruksi Berbagai penelitian tentang sumber dan faktor keterlambatan telah dilakukan terhadap berbagai jenis proyek konstruksi. Shahsavand, 2018 berpendapat bahwa sumber utama keterlambatan proyek konstruksi bersumber dari 1 pemilik; 2 kontraktor; 3 konsultan; 4 disain; 5 bahan; 6 pekerja dan peralatan; 7 eksternal. Rangking faktor keterlambatan Mardiaman, Indriasari, Faktor-Faktor Penentu Utama Keterlambatan Pada Pekerjaan Konstruksi Pabrik Studi Kasus Pabrik Kawasan Cikarang didasarkan pada persepsi konsultan, kontraktor dan pemilik dengan metode relatif penting dan keuntungan dan kerugiannya Almutairi, 2016. Al-Emad, Rahman, Nagapan, & Gamil, 2017 menambahkan urutan teratas faktor utama keterlambatan meliputi koordinasi antar pihak terkait, kekurangan tenaga kerja, keterlambatan penyediaan dokumen, perencanaan dan penjadwalan kurang akurat, terlambat pembayaran, tingkat produktivitas tenaga kerja, tenaga kerja tidak berkualitas, pengelolaan kontrak kerja kurang baik. Hassan et al., 2016 menyatakan keterlambatan karena terjadi perubahan bentuk fungsi, spesifikasi, lambatnya pengiriman bahan, kerusakan peralatan, ketersedian keuangan, keterlambatan pembayaran oleh owner, kesalahan disain, kekurangan tenaga kerja, kemampuan tenaga kerja, perbedaan jadwal sub kontraktor. Berikutnya Sulaiman, Munirwansyah, & Ameri, 2017 menambahkan terlambat lelang, ketelitian jadwal. Selanjutnya Ismi, Pratama, & Safrilah, 2016 menambahkan perubahan disain, kesulitan keuangan pemilik, pembayaran terlambat, keterlambatan jadwal, sub kontraktor kurang kompeten. Wirabakti, Abdulah, menambahkan masalah keuangan, tenaga kerja keterampilan, bahan, dan manajemen. Al-Emad, Rahman, Nagapan, & Gamil, 2017 menjelaskan 10 faktor utama penyebab keterlambatan proyek industri konstruksi meliputi keuangan kontraktor terganggu, buruknya koordinasi, kurangnya tenaga kerja, terlambat disain dibuat, buruknya perencanaan dan jadwal, keterlambatan pembayaran, rendahnya tingkat produktivitas pekerja, tenaga kerja tidak berkualitas dan manajemen kontrak buruk.. Jackson, 2002 penyebab keterlambatan konstruksi di Ilorin adalah faktor fluktuasi harga bahan, tenaga kerja, dapat proyek tidak tetap, terlambat honor pekerja, analisa kurang tepat dalam proses penawaran proyek, pemilihan kontraktor kurang kompeten, penawaran harga tidak tepat dan permintaan dari pemilik yang selalu berubah. Jackson 2002 penyebab keterlambatan pekerjaan konstruksi di Inggris penambahan dana pada saat perubahan disain, perubahan desain, ketersediaan informasi, metoda dari estimasi, performa dari tim disain dan manajemen proyek. Farooqui & Umer, 2012b menambahkan 10 faktor utama keterlambatan fluktuasi harga material, biaya tinggi untuk perawatan mesin, penawaran yang terlalu rendah, prosedur pengadaan barang dan material, phasa pengadaan, metode dari perkiraan biaya yang tidak tepat, tambahan kerja, perencanaan yang tidak tepat Selanjutnya Andrew Shing-Tao Chang 2002 menambahkan kebijakan pemerintah yang kurang mendukung. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan waktu pelaksanaa proyek berasal dari kontraktor, pemilik, dan selain kedua belah pihak. Hassan et al., 2016 menyatakan keterlambatan akibat kesalahan kontraktor a terlambat memulai pelaksanaan proyek, b pekerja dan pelaksana kurang peralatan terlambat datang, d mandor yang kurang aktif, e rencana kerja yang kurang baik. Keterlambatan terjadi akibat kesalahan Owner a terlambatnya angsuran pembayaran oleh kontraktor, b terlambatnya penyedian lahan, c mengadakan perubahan pekerjaan yang besar, d pemilik menugaskan kontraktor lain untuk mengerjakan proyek tersebut. Sementara keterlambatan mengerjakan proyek disebabkan oleh beberapa faktor dijelaskna oleh Wirabakti, Abdulah, & Maddeppungeng, 2014 2. METODE Penelitian dilakukan selama periode Agustus s/d Desember 2020. Data primer berupa daftar kategori dan faktor-faktor keterlambatan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi dikumpulkan dari sumber literatur dan wawancara. Setiap faktor diberi kode khusus. Ada 6 kategori dan 57 faktor dirangkum yang mempengaruhi keterlambatan pada pekerjaan konstruksi pada kawasan industri. e-Journal CENTECH 2020 Vol. 2 No. 1 April 2021 hlm 1-11. ISSN 2722-0230 Online 1. Tenaga kerja kurangnya tenaga ahli A1; kurangnya tenaga terampil A2; jam kerja A3; usia pekerja A4; budaya A5; kurang disiplin dalam bekerja A6; kurang termotivasi A7; angka kehadiran kurang A8; penggantian pekerja baru A9; kurang koordinasi dengan pengawas A10; kecelakaan tenaga kerja A11; kurang pengalaman di bidangnya A12; moral yang rendah A13. 2. Bahan proses pengiriman barang B1; stok ketersediaan barang B2; kualitas bahan B3; perubahan dan spesifikasi material B4.. 3. Peralatan ketersediaan peralatan C1; kualitas peralatan C2; masa pemakaian alat C3; suku cadang C4; perawatan alat C5; alokasi peralatan/jumah peralatan C6; efisiensi dan produktivitas pemakaian alat C7. 4. Karakteristik lokasi tempat penyimpanan bahan D1; akses ke lokasi proyek D2; kebutuhan ruang kerja D3; lokasi proyek D4; keadaan permukaan dan bawah tanah D5; pengaruh lingkungan sekitar D6; karakteristik fisik dan bangunan sekitar lokasi proyek D7; luas pekerjaan D8; fasilitas proyek D9; kemiringan tanah D10. 5. Manajerial pengawasan proyek E1; kualitas pengontrolan pekerjaan E2 ; pengalaman manajer lapangan E3; keperluan penghitungan material E4; perubahan disain E5; komunikasi antara konsultan dan kontraktor E6; Komunikasi antara kontraktor dan pemilik E7; jadwal pengiriman material dan peralatan E8; jadwal pekerjaan yang harus diselesaikan E9; persiapan/penetapan rancangan tempat E10; perubahan lingkup pekerjaan E11; kesalahan dan tidak konsistennya dokumen E12; lama mengambil keputusan di dalam pekerjaan E13; terlambatnya persetujuan E14; terlambatnya inspeksi pekerjaan E15; metode konstruksi E16; persiapan/penempatan tenaga kerja E17. 6. Keuangan pembayaran oleh pemilik kepada kontraktor F1; inflasi harga material F2; sistem pembayaran F3; kegiatan proyek F4; pemakaian dana F5; terlambatnya pembayaran kontraktor kepada mandor F6. Faktor-faktor yang ada disusun dalam lembar pertanyaan terstruktur untuk diminta diisi oleh responden terpilih berdasarkan persepsi mereka masing-masing. Pengumpulan sampel dengan purposive sampling sebanyak 34 orang. Sampel responden terpilih orang yang sudah pernah bekerja pada pekerjaan konstruksi di kawasan industri Cikarang. Penyebaran kuesioner dilakukan secara tatap muka dan Whatsapp. Form kuesioner yang ditulis dalam dikirim bagi responden pengguna Whatsapp. Pengumpulan data isian berlangsung selama 1 bulan penuh. Responden memberi nilai berdasarkan persepsi mereka masing-masing menggunakan skala likert, Nilai persepsi menurut skala data order tidak berpengaruh diberi nilai 1, kurang berpengaruh 2, sedang 3 berpengaruh 4, sangat berpengaruh 5. Selanjutnya setiap faktor dianalisa urutan pengaruhnya mulai terbesar ke terkecil. Analisa data penentuan rangking faktor menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku. Nilai simpangan baku semakin kecil menunjukkan bahwa faktor dinyatakan semakin menentukan. Mean ranking 1 Simpangan baku 2 dimana Mr = Nilai rata-rata Mean n = Jumlah responden Mardiaman, Indriasari, Faktor-Faktor Penentu Utama Keterlambatan Pada Pekerjaan Konstruksi Pabrik Studi Kasus Pabrik Kawasan Cikarang xi = Frekuensi i yang diberikan responden 2 = Standar deviasi = Rata rata 3. HASIL DAN DISKUSI Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh jumlah persentase pengalaman kerja responden 1 s/d 5 tahun 41%, 6 s/d 10 tahun 21% dan lebih dari 10 tahun 38%. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji realibilitas untuk mengetahui konsistensi hasil pengukuran jika instrumen digunakan kembali sebagai alat untuk mengukur responden. Hasil uji reliabilitas mencerminkan tingkat stabilitas dan akurasi instrumen pengukuran yang diperoleh. Uji reliabilitas dengan menggunakan nilai Cronbach yang mencerminkan ukuran sebenarnya dari suatu pengukuran. Ada 5 skala pengukuran berdasarkan urutannya mulai dari kurang reliabilitas sampai sangat reliabilitas sesuai dengan nilai cronbath alpaha tabel 1. Tabel 1. Skala Alpha Cronbach 0 sampai 1. Sumber Olahan data Pengujian reliabilitas dan validitas data menggunakan software SPSS dengan cara melihat nilai dan tanda r Bila r hitung negatif, maka butir pertanyaan tidak valid, jika r hitung r tabel, maka butir pertanyaan valid. Dari hasil uji validitas dan reabilitas bahwa semua pertanyaam masuk kategori sangat reliabel. Table 2. Nilai Alpha Cronbach e-Journal CENTECH 2020 Vol. 2 No. 1 April 2021 hlm 1-11. ISSN 2722-0230 Online Sumber hasil olahan data Analisa Ranking Faktor Rangking semua faktor keterlambatan pekerjaan konstruksi industri di kawasan Cikarang tabel 3. Faktor yang memiliki nilai simpangan baku terkecil menempati urutan pertama dengan nilai 0,50664 diikuti oleh kurang koordinasi dari pekerja konstruksi dengan pengawas .50752 dan keperluan perhitungan material .51102 Tabel 3. Rangkin faktor pada pekerjaan konstruksi industri di kawasan Cikarang Sumber Hasil Analisa, 2020 Mardiaman, Indriasari, Faktor-Faktor Penentu Utama Keterlambatan Pada Pekerjaan Konstruksi Pabrik Studi Kasus Pabrik Kawasan Cikarang Diskusi Pada proyek pekerjaan konstruksi industri di kawasan industri Cikarang ada berbagai faktor penyebab keterlambatan. Dari kategori bahan diperoleh pengiriman bahan B1 sebagai faktor pertama yang menyebabkan keterlambatan. Pengiriman bahan terlambat tiba di lokasi dapat disebabkan kesulitasn akses jalan. Jalan menuju ke lokasi mempunyai tingkat kepadatan lalu lintas cukup tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa faktor B1 berlaku juga pada kasus pekerjaan konstruksi lain oleh Hassan et al., 2016. Kelancaran akses masuk secara umum dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya jumlah lalu lintas, jam puncak atau tidak, ada perbaikan jalan, keramaian. Pengenalan akses masuk dapat memudahkan dalam pengiriman sumber daya keburuhan proyek. Keterlambatan pada proyek ini larena pada saat bersamaan ada pembangunan konstruksi jalan elevated tol arah Bekasi - Cikampek. Pada saat itu ada pemberlakuaan jam masuk kendaraan, sehingga ada penyempitan ruas jalan dan pengalihan jalur lalu lintas. Hal ini mengakibatkan waktu tempuh menjadi lebih lama. Pengaturan waktu pengiriman bahan harus dilakukan pada malam hari yang kepadatan lalu lintasnya kecil. Tenaga kerja; faktor kurang koordinasi pekerja konstruksi dengan pengawas A10 masuk urutan ke 2. Pada pekerjaan ada pihak terkait kontraktor dan konsultan pengawas terlibat. Koordinasi dilakukan pada setiap pertemuam mingguan yang sudah terjadwal sementara rapat lapangan dilakukan di lapangan. Apa saja yang akan dilaksanakan sudah dibuat pada rencana harian dan mingguan. Antara konsultan pengawas dan kontraktor bekerja sesuai yang disepakati dan berkoordinasi jika perubahan kerja. Koordinasi kurang baik berdampak pada terjadinya kesalahan metode kerja karena ada salah perintah kerja, penggunaan bahan, perubahan disain. Pekerjaan berulang sering terjadi karena salah komunikasi berdampak pada keterlambatan eksekusi. Penempatan tenaga kerja bauk di konsultan dan pengawas berdasarkan kompetensi seharusnya menjadi perhatian khusus. Koordinasi berjalan apabila orang yang berkomunikasi paham terhadap apa yang dikomunikasikan, Penempatan tenaga kerja yang kurang baik berkontribusi pada terjadinya kesalah pahaman dalam pekerjaan antara keinginan kontraktor dengan pengawas dan pemilik. Dalam penelitiannya Al-Emad et al., 2017 menyatakan kurang koordinasi antar pihak-pihak terkait dan kualitas tenaga kerja sangat berpengaruh pada terjadinya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Tenaga kerja seharusnya tersedia dalam jumlah dan kompetensi yang tepat untuk bisa melakukan komunikasi dua arah. Pemahaman yang sama antara pihak terkait baik kontraktor, pengawas dan pemilik akan memperlancar pekerjaan. Sebaliknya kamunikasi yang buruk antara pihak terkait berakibat pada saling menyalahkan, susah mengambil keputusan yang membuang waktu. Komunikasi yang efektif perlu dilakukan sesuai kebutuhan komunikasi, komunikasi dua arah, kejelasan isi pesan, kejujuran berkomunikasi, dan resolusi konflik Saputra, Kadar Yanti, Wiguna, & Nurcahyo, 2017 . Dengan dilakukannya semua indikator komunikasi akan memuluskan pekerjaan konstruksi Manajerial terdapat 2 faktor menempati urutan 3 dan 4 yaitu keperluan perhitungan material E4 dan perubahan disain E5. Keperluan perhitungan material kurang dikomunikasikan menyebabkan keterlambatan proyek konstruksi. Jumlah material bisa kekurangan sehingga harus dipesan ulang akibat estimasi penggunaan bahan salah sesuai aktualnya. Kekurangan bahan menjadi faktor utama oleh Hassan et al., 2016. Berikutnya perubahan disain terjadi dalam pekerjaan konstruksi dimana tidak tepatnya perencanaan dan teknis pekerjaan di lapangan akibat perencana yang tidak profesional dalam bekerja, atau seringnya penggantian disain oleh owner. Gambar disain ulang membutuhkan waktu lagi e-Journal CENTECH 2020 Vol. 2 No. 1 April 2021 hlm 1-11. ISSN 2722-0230 Online sehingga pekerjaan terganggu waktu mulainya. Pelaksanaan didasarkan gambar kerja yang sudah disepakati antara perencana, kontraktor dan pengawas sesuai aturan berlaku. Karakteristik tempat dimana faktor tempat penyimpanan bahan D1 manjadi urutan ke 5, dan menjadi urutan pertama di dalam kategorinya. Keadaan ini terjadi karena ada penumpukan datangnya bahan, sementara tempat yang tersedia sangat terbatas. Pengaturan tibanya bahan yang akan dipakai disesuaikan dengan jadwal yang sudah ada sehinggga penumpukan bahan di lokasi dapat dihindari. Pengelolaan lokasi untuk penempatan peralatan, gudang, dan titik mulai kerja menentukan kecepatan aksesibilitas. Penempatan bahan berpengaruh terhadap kecepatan kerja yang meningkatkan produktivitas, sebaliknya jika salah dapat memperlambat pekerjaan Nadiasa1, Diah, Dewi1, & Pameka2, 2014. Hasil ini menunjukkan bahwa faktor ini dapat terjadi Gebrehiwet & Luo, 2017. Peletakan posisi bangunan dan sarana pendukungnya yang berpengaruh pada sirkulasi alat. manusia dan bahan. Hal ini berkaitan dengan bentuk permukaan lokasi Al-Hazim, Salem, & Ahmad, 2017. Percepatan pekerjaan dapat dicapai dengan optimalisasi tata letak fasilitas pendukung pelaksanaan Siahaan, Sugiyarto, & Sunarmasto, 2018 Keuangan sistem pembayaran F3 menempati urutan ke-6. Sistem pembayaran antara pemilik dan kontraktor, kontraktor dan sub kontraktort/supplier, kontraktor dengan mandor dan pekerja. Sering terjadi keterlambatan pembayaran. Meskipun sebenarnya jadwal pembayaran sudah disepakati antara pihak-pihak terkait, namun pemilik sering melakukan pembayaran tidak tepat waktu. Ini menyebabkan kontraktor tidak dapat menyediakan dana dalam mengadakan sumber daya yang dibutuhkan. Keluarnya uang oleh kontraktor untuk mengejar jadwal sesuai rencana untuk pengadaan sumber daya. Progres merupakan uang yang harus dikeluarkan oleh kontraktor. Dapat dinyatakan bahwa kesulitan pendanaan berpengaruh terhadap kinerja kecepatan pelaksanaan konstruksi Asmi & Pratama, 2016 Memang benar bahwa kontraktor sudah berjanji dalam kontrak untuk melaksanakan semua pekerjaan, namun dalam kontrak sudah dituliskan sistem pembayaran apakah berdasarkan waktu atau bobot progres. Terlambatnya pembayaran dapat terjadi akibat administrasi pembayaran belum berjalan, ada permasalahan pendanaan dari pemilik. Jadi faktor ketersediaan dana merupakan hal penting. Dalam penelitiannya Remon Fayek Aziz, 2013 menyatakan bahwa faktor pendanaan masuk dalam 9 faktor teratas. Peralatan kualitas peralatan C2 masuk urutan ke-7 dan urutan tertinggi dalam kategorinya. Alat yang kurang layak berdampak pada produktivitas rendah dimana alat sering tidak bekerja karena rusak, lambat kerjanya. Tingkat penggunaan alat rendah karena tidak berfungsi secara efektif dimana efisiensi alat mengalami penurunan seiring bertambahnya waktu terutama jika alat tidak dipemelihara secara rutin. Perencanaan peralatan merupakan solusi dalam mempercapat pekerjaan dengan memilih alat yang sesuai Putri & Hartono, 2020 4. KESIMPULAN 1. Berdasarkan kategori penyebab keterlambatan diperoleh urutan bahan; tenaga kerja; manajerial; karakteristik tempat; keuangan dan peralatan. Sementara 3 faktor tertinggi meliputi pengiriman bahan B1; kurang koordinasi dengan pengawas A10 dan keperluan penghitungan material E4. Pengiriman bahan secara tepat waktu disesuaikan dengan kebutuhan yang sudah dilaporkan oleh pengawas sesuai dengan perhitungan perkiraan bahan kebutuhan setiap harinya sebaiknya dipastikan pada rapat mingguan, 2. Urutan pertama adalah faktor proses pengiriman bahan material terjadi karena ada pengaturan akses masuk ke lokasi akibat ada pembangunan elevated tol menuju lokasi Pengaturan bahan material diutamakan pada aktivitas yang saling bergantung yang ada pada Mardiaman, Indriasari, Faktor-Faktor Penentu Utama Keterlambatan Pada Pekerjaan Konstruksi Pabrik Studi Kasus Pabrik Kawasan Cikarang lintasan kritis yang sudah dibuat oleh scheduler pada master schedule. Komunikasi dengan bagian pengadaan material dari kantor pusat harus terjaga untuk memastikan bahan dipesan tepat waktu. 3. Akses menuju lokasi merupakan jalur lalu lintas yang cukup padat sehingga pengaturan jam pengiriman bahan seharusnya dilakukan pada malam hari pada saat kepadatan lalu lintas relatif kecil. Informasi tentang akses masuk ke lokasi proyek seharusnya sudah diketahui sehinggan waktu penyelesaian proyek dapat diperhitungkan secara tepat. 5. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini dapat saya selesai berkat bantuan, dorongan dan motivasi para rekan sejawat dan universitas tama jagakarsa yang memberikan bantuan untuk pembiayaan penelitian. Selanjutnya saya berterima ksih pada saudara vicky dalam penyebaran kuesioner. 6. DAFTAR PUSTAKA Al-Emad, N., Abdul Rahman, I., Nagapan, S., & Gamil, Y. 2017. Ranking of Delay Factors for Makkah's Construction Industry. MATEC Web of Conferences, 103, 0–7. Al-Hazim, N., Salem, Z. A., & Ahmad, H. 2017. Delay and Cost Overrun in Infrastructure Projects in Jordan. Procedia Engineering, 182, 18–24. Almutairi, N. S. 2016. Causes of delays on Construction Projects in Kuwait according to opinion of engineers working in Kuwait. Interntional Journal of Engineering Research and Application, 612 Part 3, 84–96. Retrieved from Asmi, A., & Pratama, J. C. S. 2016. Identifikasi Faktor-Faktor Keterlambatan Dalam Proyek Konstruksi Di Jakarta. Jurnal, November, 1–12. Aziz, Remon F., & Abdel-Hakam, A. A. 2016. Exploring delay causes of road construction projects in Egypt. Alexandria Engineering Journal, 552, 1515–1539. Aziz, Remon Fayek. 2013. Ranking of delay factors in construction projects after Egyptian revolution. Alexandria Engineering Journal, 523, 387–406. Farooqui, R. U., & Umer, M. 2012a. Factors Affecting Construction Cost in the Pakistani Construction Industry. In Third International Conference on Construction in Developing Countries ICCIDC–III "Advancing Civil, Architectural and Construction Engineering & Managemen pp. 161–168. Farooqui, R. U., & Umer, M. 2012b. Factors Affecting Construction Cost in the Pakistani Construction Industry, July, 161–168. Frimpong, Y., Oluwoye, J., & Crawford, L. 2003. Causes of delay and cost overruns in construction of groundwater projects in a developing countries; Ghana as a case study. International Journal of Project Management, 215, 321–326. Gebrehiwet, T., & Luo, H. 2017. Analysis of Delay Impact on Construction Project Based on RII and Correlation Coefficient Empirical Study. In Procedia Engineering. Handayani, R., Frederika, A., & Wiranata, A. A. 2013. Analisis Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan Proyek Gedung di Kabupaten Jembrana Studi Kasus Pembangunan Proyek Gedung di Kabupaten Jembrana. Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil, 21, VII-1-VII–7. Retrieved from e-Journal CENTECH 2020 Vol. 2 No. 1 April 2021 hlm 1-11. ISSN 2722-0230 Online Hassan, H., Mangare, J. B., & Pratasis, P. A. K. 2016. Faktor-faktor penyebab keterlambatan pada proyek konstruksi dan alternatif penyelesaiannya studi kasus di manado town square III. Jurnal Sipil Statik 411, 657–664. Jackson, S. 2002. Project Cost Overruns and Risk Management. Proceedings of Association of Researchers in Construction Management 18th Annual ARCOM Conference, Newcastle, Northumber University, UK, 1September, 1–10. Retrieved from Le-Hoai, L., Lee, Y. D., & Lee, J. Y. 2008. Delay and cost overruns in Vietnam large construction projects A comparison with other selected countries. KSCE Journal of Civil Engineering, 126, 367–377. Mardiaman. 2020a. Dettermining Weight Criteria/Sub-Criteria In Selecting Public Construction Work Contractor . Palarch's Journal Of Archaeology Of Egypt/Egyptology, 179, 9485–9495. Retrieved from Mardiaman. 2020b. Proportion Of Resource Component Cost In Multi-Story Buildings Indonesia Case. Solid State Technology, 635, 5785–5794. Nadiasa, M., Diah, A. A., Dewi, P., & Pameka, S. 2014. Analisis Pengaruh Lokasi Terhadap Biaya Proyek Irigasi Studi Kasus Pengangkutan Material Ke Lokasi Proyek Irigasi Di Kabupaten Gianyar. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, 182, 130–136. Putri, M. K., & Hartono, W. 2020. Pengaruh rantai pasok peralatan terhadap keberhasilan proyek konstruksi bangunan gedung di wilayah surakarta menggunakan regresi linear berganda 1, 152–159. Remon Fayek Aziz. 2013. Ranking of delay factors in construction projects after Egyptian revolution. Alexandria Engineering Journal, 523, 387–406. Saputra, A. A. I., Kadar Yanti, R. M., Wiguna, I. P. A., & Nurcahyo, C. B. 2017. Pengaruh Komunikasi Terhadap Keberhasilan Proyek Pada Hubungan Kerja Antara Kontraktor dan Subkontraktor. JST Jurnal Sains Terapan, 32, 87–95. Siahaan, E., Sugiyarto, S., & Sunarmasto, S. 2018. Optimalisasi Tata Letak Fasilitas Pada Proyek Pembangunan Gedung Sudirman Suite Jakarta Menggunakan Metode Multi Objectives Function. Matriks Teknik Sipil, 62, 360–366 . Sulaiman, M. 2017. Analisis Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek Ditinjau Dari Waktu Pelaksanaan Di Provinsi Aceh. Jurnal Teknik Sipil, 12, 405–418 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this paper presents identification of significant delay factors encountered by Makkah’s construction industry using quantitative approach. A structured questionnaire developed based on literature review was verified through pilot study involved selected construction experts. Questionnaire survey was conducted amongst Makkah construction practitioners include contractors, consultants and project management consultancy. The survey managed to collect 100 valid responses which were used to rank the factors using average index approach. Results of the analysis for 10 most significant factors causing construction delay in Makkah construction industry are Difficulties in financing project by contractor, Poor coordination between parties, Shortage of manpower, Delays in producing design documents, Improper planning and scheduling of the project, Delay in progress payments, Low productivity level of labour, Poor communication between parties, Unqualified workforce and Poor contract management. This finding is helpful to Makkah construction’s community particularly projects’ stakeholders in avoiding potential delay for their future projects. Zaydoun AbusalemThe aim of this study is to investigate the factors that may cause overrun of the planned cost, allocated resources and scheduled time of infrastructure engineering projects in Jordan. To achieve the goal of this study, final reports of a sample of 40 public infrastructure projects implemented during the period from 2000 to 2008 were collected and analysed. The final reports were collected from the Ministry of Public Works and Housing MPWH of Jordan, which administers the public infrastructure projects in the capital Amman. Remon Fayek AzizAsmaa A. Abdel-HakamConstruction delays are a common phenomenon in civil engineering projects in Egypt including road construction projects. Therefore, it is essential to study and analyze causes of road construction delays. This paper studied a list of construction delay causes gathered from literature having different types of construction, different countries, different periods and different numbers of delay causes and delay groups. A questionnaire and personal interviews have formed the basis of this paper listing 293 delay causes. The questionnaire survey was distributed to 500 construction participants and 389 were received who represent consultants, contractors and site/design engineers excluding the owner representing the government in road projects as one party only. Relative Importance Index RII is calculated and according to the highest values the top twenty and the least twenty delay causes of construction projects in Egypt are determined. A case study is analyzed and compared to the most important delay causes in the paper. The test results reveal good correlation of causes and groups between contractors and site/design engineers and between consultants and site design engineers and a somewhat low correlation between contractors and consultants. So there are no root causes that can be taking for granted to be most or least effective delay causes. Proposed model for predicting actual road construction project duration was developed; a real case study tested the accuracy of proposed model. According to the analysis of case study, the most contributing causes and groups to delays were discussed, and some future recommendations were proposed in order to control and minimize delays in road construction projects. These findings can be helpful for project managers to mitigate the road construction delays in Egypt. In order to effectively overcome the road construction delays in developing countries, suggestions are made for fundamental and large‐scale reforms in procurement systems and stakeholders’ management. Also, this paper is useful for both researchers and road construction parties and allows detailed and repeatable analysis of the progress of a road construction project in order to facilitate and achieve a competitive level of time, cost and quality for effective road construction projects. Remon Fayek AzizTime is one of the major considerations throughout project management life cycle and can be regarded as one of the most important parameters of a project and the driving force of project success. Time delay is a very frequent phenomenon and is almost associated with nearly all constructing projects. However, little effort has been made to curtail the phenomenon, this research work attempts to identify, investigate, and rank factors perceived to affect delays in the Egyptian construction projects with respect to their relative importance so as to proffer possible ways of coping with this phenomenon. To achieve this objective, researcher invited practitioners and experts, comprising a statistically representative sample to participate in a structured questionnaire survey. Brain storming was taken into consideration, through which a number of delay factors were identified in construction projects. Totally, ninety-nine 99 factors were short-listed to be made part of the questionnaire survey and were identified and categorized into nine 9 major categories. The survey was conducted with experts and representatives from private, public, and local general construction firms. The data were analyzed using Relative Importance Index RII, ranking and simple percentages. Ranking of factors and categories was demonstrated according to their importance level on delay, especially after 25/1/2011 Egyptian revolution. According to the case study results, the most contributing factors and categories those need attention to delays were discussed, and some recommendations were made in order to minimize and control delays in construction projects. Also, this paper can serve as a guide for all construction parties with effective management in construction projects to achieve a competitive level of quality and a time effective occurrence of a delay in the construction projects is common and significantly affects by enormous ways. This study investigates the typical causes of delay at different stages of construction and its effect in the Ethiopian construction projects. Using a questionnaire with 52 causes and 5 effects of delay, data were collected from 77 participants’ selected based on purposive sampling from the different contracting organizations. The methodologies used in this research are relative important index RII and correlation coefficient. Based on the comparison, the impact of delay is found as, construction stage, pre-construction stage, and post-construction stage sequentially. The analysis of the relation in construction process shows; the average/overall is highly related, construction stage is the second related, post-construction stage is the third related and pre-construction stage is far part of all stages. As far as, overall/average causes of delay are comparable to all stages. So from the overall, the influential causes of delay investigated are corruption, unavailability of utilities at site, inflation/price increases in materials, lack of quality materials, late design and design documents, slow delivery of materials, late in approving and receiving of complete project work, poor site management and performance, late release budget/funds, and ineffective project planning and scheduling successively as unique to the Ethiopian construction project. The critical effects of delay investigated are cost overruns, time overrun, termination of contract, arbitration, and litigation sequentially. Although, the research is conducted on the Ethiopian construction projects, but it can also apply to other countries and further SiahaanSugiyarto SugiyartoSunarmasto Sunarmastop>Tujuan dari tata letak fasilitas adalah mengembangkan sebuah sistem area yang efisien dan efektif dengan cara mendekatkan fasilitas-fasilitas yang dilalui pekerja. Pendekatan antar fasilitas yang dilalui pekerja ini agar kehilangan jam kerja karna jarak perjalanan dapat dikurangi. Metode yang digunakan ialah Multi Objectives Function, yaitu analisis terhadap lebih dari satu fungsi objektif, pada hal ini adalah traveling distance dan safety index. Perhitungan traveling distance yang telah dilakukan menunjukkan bahwa nilai minimum TD terjadi pada skenario 2 dengan nilai sebesar 11168,1383 m, atau mengalami penurunan sebesar 27% dari kondisi awal. Perubahan dari tata letak fasilitas pada penelitian ini tidak menunjukkan penurunan nilai safety index secara signifikan, dengan ini disimpulkan bahwa skenario 2 merupakan saran dari peneliti sebagai kondisi optimal pada penelitian ini.
Iklimerat hubungannya dengan perubahan cuaca dan pemanasan global dapat menurun-kan produksi pertanian antara 5-20 persen (Suberjo, 2009). Perubahan iklim merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan berubah-nya pola iklim dunia yang mengakibatkan feno-2mena cuaca yang tidak menentu. Perubahan iklim terjadi karena adanya perubahan variabel
aspek cuaca & iklim turut memilih pada pekerjaan konstruksi karenaFaktor cuaca & iklim turut memilih pada pekerjaan konstruksi alasannya adalahFaktor cuaca & iklim turut memilih pada pekerjaan konstruksi alasannya…… faktor cuaca iklim turut menentukan pada pekerjaan konstruksi alasannya adalahFaktor cuaca & iklim turut memilih pada pekerjaan kontruksi alasannya Jawaban sebab pekerjaan konstruksi menghasilkan banyak polusi & debu Penjelasan maaf kalo salah ╭┈┈┈┈╯ ╰┈┈┈╮ ╰┳┳╯ ╰┳┳╯ ╰┈┈╯ ╭━━━━━╮ Faktor cuaca & iklim turut memilih pada pekerjaan konstruksi alasannya adalah Jawaban alasannya adalah bila iklim & cuaca buruk maka pekerjaan konstruksi akan ikut telat namun sebaliknya jika iklim & cuaca baik maka pekerjaan konstruksi akan cepat selesai Faktor cuaca & iklim turut memilih pada pekerjaan konstruksi alasannya…… Jawaban alasannya bila cuaca mendukung seperti panas atau sejuk aktivitas konstruksi mampu dikerjakan dgn baik namu jikalau cuaca & iklim tak mendukung mirip ketika isu terkini hujan makan pekerjaan akan terkendala maaf kalau salah faktor cuaca iklim turut menentukan pada pekerjaan konstruksi alasannya adalah Jawaban Faktor cuaca ternyata pula kuat terhadap Pekerjaan konstruksi, Mengapa demikian? Karena Iklim Berupa Musim Hujan yang berlebihan mampu mengakibatkan struktur tanah menjadi basah dan tidak labil yang mengakibatkan Tanah mampu saja bergeser kapan saja dan itu berefek jelek terhadap Rumah di sekitarnya Semoga berfaedah dan menolong ya kak.. Faktor cuaca & iklim turut memilih pada pekerjaan kontruksi alasannya Jawaban Karena bila iklim & cuaca jelek maka pekerjaan konstruksi akan ikut telat tetapi sebaliknya bila iklim & cuaca baik maka pekerjaan konstruksi akan cepat final Penjelasan Jadiin balasan tercerdas y ak butuh soalnya Jng lupa follow
Cuaca iklim, pada musim kemarau kebutuhan air akan lebih besar bila dibandingkan pada saat musim hujan. terdiri atas faktor: Desain rekayasa, Metode Konstruksi, urutan kerja, pengukuran kerja. Manajemen lapangan, terdiri atas faktor: perencanaan dan penjadwalan, tata letak lapangan, komunikasi lapangan, manajemen material, manajemen
Pengangguranfriksional, adalah pengangguran yang terjadi karena terdapat sebanyak dua atau tiga persen dari jumlah tenaga kerja maka perekonomian itu dipandang sudah mencapai kesempatan kerja penuh.Pengangguran sebanyak dua atau tiga persen tersebut dinamakan dengan pengangguran friksional. Pengangguran siklikal, adalah pengangguran
9Konsep Rumah Tropis Desain Modern dan Kontemporer. Konsep Rumah Tropis – Berapapun ukurannya, membangun rumah membutuhkan biaya mahal. Buka hanya karena harga real estate yang tinggi saja. Namun, material bangunan pun menjadi salah satu faktor penyebab membengkaknya biaya. Itulah mengapa, pemilihan material bangunan murah perlu
.